Sebuah Sore, Di Kedai Kopi …

Sore itu aku hanya ingin menghabiskan waktu sendirian, menikmati hari, play listnya Kunto Aji dan secangkir kopi. Meninggalkan sementara kerjaan dan target yang belum usai tercapai sebenarnya. But some how, i need a little break and fresh air, coffe shop sore itu masih jadi pilihan untuk menyegarkan fikiran.

Lalu tetiba teringat seorang teman yang sudah lama menyusun rencana jumpa, namun belum kunjung terlaksana. Akhirnya ku hubungi dia, mengundang berjumpa. Ia pun tiba, kita pun banyak bercerita tentang rupa rupa.

Rupanya ada banyak rasa kulihat di matanya, rasa yang mungkin ia pun bingung mendefinisikannya, atau bagaimana cara mengungkapkannya, tentang kisah pedih dalam hidupnya.

Lalu ku coba untuk menerka dan meraba, tentang apa yang coba ia ungkapkan waktu itu, ku coba untuk membuat ia berhasil meluapkan apa yang ia rasa, walau tak mesti semua, biar aku tahu saja apa yang ia rasa.

Kemudian matanya mulai berkaca kaca, ahh… begitu berat rupanya apa yang ia simpan dalam dadanya, mungkin pula telah penuh jiwanya, karena nafas nya mulai terdengar berat. Ah aku biarkan dia bercerita lebih banyak, sedikit demi sedikit, semampu ia, serela ia, aku hanya ingin ia sedikit berkurang beban jiwanya, dengan sedikit berbagi apa yang ia rasa, semoga

Akhirnya ia mampu bercerita, walau tidak semua, memang tidak perlu semua. Karena yang ia butuh hanya seseorang yang mau mendengarkan ia. Lalu ku tujukan semua perhatian kepadanya, menyimak setiap kata, kalimat, deru nafas, rona wajah, arah tubuh, mencoba membaca apa yang ia rasa, mendegarkan apa yang tak terungkapkan …

Tak banyak yang ku ucapkan barisan nasihat, motivasi atau semacamnya. Karena yang ia butuhkan bukan penasihat, yang ia butuhkan adalah sahabat. Seseorang yang bisa berbagi rasa, seseorang yang hadir untuk dia, dan mensiratkan sebuah kalimat … kamu tidak sendiri…

Dan percakapan sore itu adalah tentang mendengarkan, tentang saling mengerti, tentang saling memahami dan tentang saling menguatkan. Bahwa perjalanan hidup adalah bukan tentang apa masalahnya, namun tentang bagaimana kita menghadapinya.

Kamu. Aku. Kita masing masing mempunyai kisahnya sendiri. Kita sedang menjalankan rel hidup masing masing, yang seringkali tidak mudah, namun seringkali juga berakhir indah. Hadiah yang mewah bukan ?

Kamu. Iya kamu sahabatku. Semoga dikuatkan raganya, disabarkan jiwanya, ditegakkan punggungnya, di luaskan hatinya, di ringankan langkahnya. Tertaut jiwa raga pada – Nya Pemilik sekaligus Penyelesai segala masalah hidup.

Terimakasih, sore itu aku merasa lebih berarti karena ka sudah mau berbagi …

Bandung, 08 Nov

Di hari Rabu yang rinai ramai oleh hujan

 

 

4 thoughts on “Sebuah Sore, Di Kedai Kopi …

Leave a comment