Sejahtera Dulu Aja, Baru Mikirin Orang Lain

 

laut

 

Beberapa saat lalu saya terlibat obrolan dengan seorang kawan kerja. Kami membahas tentang impian kami untuk kebermanfaatan banyak orang. Dia bilang “Ka, saya pengen punya panti asuhan nanti” ujarnya “Tapi mungkin ga sekarang, sekarang nyari duit dulu yang banyak, sejahtrakan dulu, baru bisa nabung, biar nanti  bikin panti asuhan yang besar sekalian. Aku ga mau nanggung nanggung bikinnya, kagok kalo dari sekarang nyicil, ga berasa puas. Jadi nanti aku mau bikin panti asuhan pas uang sudah banyak” tegasnya panjang lebar.

Lain waktu saya terlibat pembicaraan yang lebih mendalam lagi dengan seorang yang lain, dengan teman yang sama sama bergerak di bidang sosial. Saya membuka pembicaraan “Kamu suka ngerasa ga sih, kalo kerjaan kita kaya gini kadang suka di pandang sebelah mata oleh sebagian orang”.

Gini contohnya : waktu itu saya keliling pulau selama kurang lebih satu bulan sebagai relawan. Kemudian ada seorang yang sudah Ibu yang bertanya tanya mengenai kegiatan saya. Ditengah pembicaraan dia bertanya “Terus sehari hari kamu ngapain” tanya nya. Mungkin maksudnya, saya kerja apa. Sebuah pertanyaan yang wajar saya, karena mungkin orang orang diluar sana banyak bertanya tanya, orang orang kaya saya ini, kerja nya apa, hidup dari mana, apa ngandelin dari bantuan orang lain juga jangan jangan, hidupnya dari uluran tangan orang lain.

******

Menjalani dua bagian hidup seperti ini – berbisnis & berabdi- seperti yang saya jalanin selama ini memang tidak mudah. Bagi saya keduanya bukan pilihan, tapi impian juga tanggung jawab. Bekerja atau berbisnis apa pun itu segala yang menghasilkan uang  selain kebutuhan bagi saya adalah tanggung jawab. Tanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat, juga kepada Tuhan. Karena bagaimanapun kita harus mandiri diatas kaki sendiri, tidak menambah beban orang lain.  Lebih dari itu menjadi leluasa dalam keuangan  akan sangat banyak membantu dalam bergerak dan berbuat banyak manfaat.

Pengabdian kepada orang banyak, adalah passion saya. Impian saya. Nafas saya. Kegembiraan saya. Kebahagian Saya. Sesuatu hal yang ada dalam degub jantung saya. Ya cita cita saya adalah mewujudkan cita cita banyak orang. Kegiatan saya bersama teman teman di NUSANTARA MEMBACA dan BAKTI GURU NUSANTARA adalah sebuah “Bintang Terang” bagi kami, sebuah cita cita terbesara yang kelak akan kami bawa untuk di persembahkan pada hari “esok” kelak, di hadapan Allah Swt.

Sungguh, tidak mudah menjalani keduanya bersamaan. Dalam waktu singkat, kadang harus bergantri peran dengan cepat, menjalani bisnis  kemudian menjalani pengabdian.  Saya sungguh masih sangat banyak belajar, membagi waktu, fikiran, tenaga di antara dua dunia yang saya jalani berbarengan ini, sungguh, sungguh tidak mudah.

***********

Jadi,  apakah sejahtra dulu baru membantu orang lain ? atau menjalani kedua duanya berbarengan? ahh menurut saya ini bukan mengenai benar atau salah. Ini mengenai pilihan, prioritas dan yang paling penting ini mengenai panggilan hidup.

Advertisement

Mendefiniskan Impian

Fenomena saat ini banyak orang sedang  gandrung membahas tentang IMPIAN, saya sedang belajar mencerna lebih dalam mengenai hal ffenomena ini yang sedang sangat IN. kemudian mencoba belajar untuk melihat dari sisi yang berbeda, semoga menjadi sebuah manfaat, bukan bermaksud mengajari atau menunjukan sebuah kesalahan, namun ini memang bersumber dari keresahan fikiran saya secara pribadi. *halaahhh ….😀

*******

Bagaikan setiap orang di “cekoki” mengenai apa impian impian mereka, berbagai seminar atau buku di industrialisasi untuk mengajak seseorang menggapai impiannya. Tidak salah memang, justru ini adalah hal yang positif. banyakk orang yang sangat terbantu untuk benar benar mengarahkan bagaimana untuk mencapai impiannya.

Kemudian setiap orang mendefinisikan impian mereka masing masing. Dari sisi harta mungkin impian itu berupa rumah nyaman, kendaraan mewah, jumlah assets yang dipunya. Ada pula yang mendefinisikan impian dengan profesi atau usaha yang di miliki. Didefinisikan juga dengan nama besar, kekusaaan, prestasi, dan ambisi, dsb. Atau tak jarang pula impian di definisikan dengan kesempatan untuk menjelajah dunia, berputar pada hal hal yang sifatnya fisikly.  Sekali lagi ini tidak salah, manusia memang harus punya impian.

Namun kemudian, saya belajar mencerna apabila impian hanya terbatas pada tataran pribadi atau keluarga saja , maka impian ini menajadi sedikit “hampa”, karena setiap orang menjadi hanya memikirkan bagaimana ia mencapai impiannya, thats it. Dan kemudian ketika impian pribadi itu tercapai, maka thats all, mission done. Yang kemudian tenggelam dan menikmati impian impian yang ia capai dengan susah payah, cukup. lagi lagi ini tidak salah, manusia memang harus punya impian.

Mungkin yang kadang kita lupa, atau banyak dream motivator lupa sampaikan adalah mengenai kenapa seseorang harus mempunyai Impian, Apa ujung dari impian tersebut, apa goals akhirnya, kemana semua bermuara pada akhirnya, agar impian yang kira rancang tidak hanya untuk kepuasaan dan pencapaian saat ini saja, namun impian itu adalah sesuatu yang bisa juga menjadi bekal nanti di kehidupan yang kemudian.

Impian adalah salah satu cara pengabdian kita pada Nya, Impian adalah hasil karya terbaik kita, Impian adalah wujud kebermanfaatan kita sebagai manusia, Impian adalah peninggalan kita. Impian adalah bukti kita adalah manusia yang ditugaskan menjadi khalifah di muka bumi ini

Maka IMPIAN janganlah egois, bukan hanya tentang kita saja, bukan hanya tentang apa apa yang ingin kita punya, tentang tanah mana yang ingin kita jelajah, bukan saja tentang ingin menjadi seperti apa, bukan hanya tentang pencapaian atau ambisi ambisi duniawi, namun lebih jauh dari itu, lebih dalam dari itu. Impian adalah sebuah “legacy” yang bisa dirasakan kebermanfaatannya bahkan setelah kita tiada.

Maka, kini saya belajar mendefinisikan kembali tentang impian, dalam versi saya :

Impian adalah kebermanfaatan, impian adalah peninggalan, Impian adalah jalan, impian adalah cara pengabdian kita kepada-Nya

Fn : Sebuah catatan untuk pengingat diri sendiri, semoga menjadi manfaat untuk diri dan yang mambaca

Adakah Penerbit Buku Di Luar Jawa ?

Permasalahan utama yang di hadapi masyarakat Indonesia dalam hal pendidikan, atau lebih spesifik lagi dalam budaya membaca adalah karena sangat terbatasnya askes baca masyarakat.

Indonesia adalah negara kepulauan, ribuan pulau yang tersebar, menjadikan penduduk pun tersebar dari ujung barat ke ujung timur Indonesia. Sedangkan penerbit buku yang ada hanya terpusat di pulau Jawa, bisa dibilang tidak ada penerbit buku yang berasal dari pulau lain. Hal ini bisa menjadi penyebab kenapa pendidikan diluar jawa jauh tertinggal, karena akses buku yang sangat terbatas.

Buku buku yang ada hanya bersifat buku pelajaran. Untuk mendapatkan buku bukuu di luar buku pelajaran, seperti buku agama, buku self helf, buku keterampilan, sejarah, pengetahuan umum, tekhnologi, dll, hampir semuanya harus di dapatkan dari Pulau Jawa.

Adapun toko toko buku di luar Pulau Jawa, sifatnya hanya menyediakan saja. Ini berakibat pada mahalnya harga buku. Selain mahal, jarak juga menjadi kendala, toko toko buku bacaan hanya ada di Ibu kota provinsi saja. Makin sulitlah masyarakat pedalaman untuk bisa mengakeses buku bacaan berkualitas. Bisa ditarik benang merahnya, kenapa pendidikan di luar Pulau Jawa banyak tertinggal, karena terbatasnya aksese pendidikan, dalam hal ini akses terhadap buku buku bacaan berkualitas.

Seorang kawan di NTT sana pernah bercerita, untuk mendapatkan buku buku bacaan berkualitas, bisa didapat ketika mereka sedang berkunjung ke Bandung, Jakarta, Surabaya atau Makasar. Saat itulah kesempatan untuk mendapatkan buku buku bacaan yang bisa menjadi asupan yang baik untuk kualitas kehidupan mereka.

Cita cita kami di Nusantara Membaca, semoga kelak lima tahun kedepan, kami bisa mendirikan penerbit buku di luar Pulau Jawa, NTT, Sulawesi, Papua dll. Agar semua masyarakat memiliki hak yang sama, kemudahan yang sama, dalam membaca buku, mendapatkan ilmu, menjadi masyarakat yang lebih berpendidikan dan  hidup yang lebih sejahtera, Aammin…

18999_882612508427840_2040427344414153421_n