Hai … selamat malam alam raya. Sudah lama saya ingin menulis ini, menulis tentang sebuah hubungan, yaks.. dalam bahasa inggris nya about a relationship. Hubungan dengan siapa ? dengan siapa aja sih sebenernya, namun saat ini saya ingin membahas hubungan sebuah persahabatan.
Pernah ngalamin berantem ama sahabat? atau sahabat kamu tiba tiba marah marah ama kamu? atau salah faham yang bikin salah satu dari kalian jadi marah yang berkepanjangan? mostly pernah yaa….saya pernah mengalaminya. Sebuah peristiwa yang bisa disebut membuat hubungan saya dengan sahabat bisa dikatakan sangat tidak baik, dan membuat saya bener bener sangat sedih.
Satu peristiwa yang cukup membekas dalam ingatan saya, atau bisa jadi dalam hidup saya kedepan,adalah sebuah peristiwa antara saya dan salah seorang saya. Kami begitu dekat, walaupun jarak usia lumayan jauh, beliau lebih tua dari saya, sepertinya beliau sudah sangat percaya dengan saya, dia sangat terbuka dengan saya dan segalanya dia ceritakan pada saya, saya pun demikian, dan berusaha untuk bisa menjaga kepercayaannya.
Hingga suatu saat ada sebuah peristiwa, dimana ada kesalah fahaman atau bisa dibilang saya di “fitnah” oleh salah satu anggota keluarga dekatnya, yang mengatakan saya inilah saya itulah. Hingga sahabat saya ini marah besar kepada saya, marah yang sangattttt besar, hingga keluar kata kata sangat kasar dari dia, dan menyebut saya pengkhianat dan tidak tau berterimakasih dsb.
Sakit hati ? Pasti. Sangat sakit, pertama karena saya merasa tidak melakukannya, dan bukan seperti itu kisah yang sebenarnya. Kedua, karena saya sudah banyak berkorban buat sahabat saya itu, sisi emosi saya bercampur antara sakit hati,marah, kesal juga sedih.
Saya sudah mencoba menjelaskan kepada sahabat saya itu tentang cerita dari versi saya, namun dia tidak mau mendengar, entah mungkin karena suara dari sana lebih keras terdengar, ditambah lagi mungkin karena suara dari sana adalah dari keluarga dekatnya sendiri, hingga sahabat saya lebih percaya kepada saudaranya ketimbang kepada saya.
Berkali kali saya minta waktu untuk menjelaskan, saya minta bertemu langsung, tapi dia menolak, malah terus mengeluarkan kata kata kasar via sms, berkali kali, dan saya coba membalas untuk menjelaskan, tapi sia sia, ia terus mengaggap saya salah.Sungguh awalnya saya tidak terima, dan saya bersikeras untuk menjelaskan bahwa tidak seperti itu ceritanya, namun ketika saya bersikeras juga, semua menjadi tambah buruk.
Hingga akhirnya saya tiba di suatu titik, titik dimana saya “ngotot” untuk membuktikan saya tidak bersalah, membuktikan bahwa apa yang di katakan saudaranya tentang saya adalah tidak benar. Dan saya pun mengirim sms terakhir yang kurang lebih isinya seperti ini “Pada akhirnya waktu yang akan membuktikan apa yang benar, apa yang salah. Karena Allah Maha Mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, dan suatu saat Ia akan menampakannya” dan dari saat itu hubungan kami terputus, tidak ada komunikasi lagi, dalam waktu yang cukup lama. Dan saya pasrahkan kepada Allah, apa yangs sudah, sedang dan akan terjadi, Ia yang mengetahui kebenaran, Ia yang mengetahui isi hati, dan Ia yang akan mengatur segalanya, saya pasrah, itu saja.
Dalam doa saya saya meminta begini pada Allah, saat saya merasa sedih atau sakit hati mengingat peristiwa itu “Ya Allah,sungguh Engkau mengetahui apa yang terjadi. bila hubungan persahabatan saya dengan dia mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat maka dekatkanlah, apabila tidak maka engkau lah yang Maha memisahkan”
Hingga suatu hati, setelah waktu yang cukup lama, tiba tiba dia menghubungi saya, memang tidak untuk meminta maaf atau untuk mengungkit kembali persoalan yang telah lalu, tapi dia datang untuk menyapa, entah, tiba tiba Allah mengatur lagi, pertemuan saya dengan dia, dan kemudian hubungan kami mengalir begitu saja, mulai dekat lagi, dan saat ini hubungan kami jauh lebih dekat malah, kami banyak melakukan kegiatan sosial bersama, saling sharing kehidupan masing masing, dsb, tanpa pernah lagi membahas masa lalu, mengungkit apa yang salah, apa yang benar, seperti mengalir begitu saja.
Peristiwa ini mengantarkan saya pada semacam kesimpulan, pertama bahwa ada saat kita tidak mengerti tentang peristiwa yang datang kepada kita, entah baik entah buruk, ketika kita tidak mengerti, kita hanya perlu menerimanya, ada rencana-Nya yang hebat, yang kadang tidak bisa kita cerna sekarang, yang akan kita fahami setelah jauh dari peristiwa itu.
Kedua bahwa ketika kita tau kita tidak bersalah, kewajiban kita tetap menjelaskan semampu kita, kalau dalam bahasa anak anak mesjid Tabayyun hhee.. setelah kita berusaha maksimal untuk menjelaskan, kemudian pasrahkan. Karena hati kita, hati dia, absolutly dalam genggaman-Nya. Biar Allah yang mengatur kemana bergeraknya.
Ketiga, ketika Allah berkehendak ada kebaikan dalam sebuah persahabatan, maka percayalah maka Ia yang akan menyatukan hati hati kita, yang perlu kita lakukan adalah berdoa agar persahabatan yang kita jalani ada dalam keridaan-Nya dan janga lupa untuk didekatkan dengan sahabat sahabat yang bisa membawa kebaikan dan kebermanfaatan tak hanya di dunia, tapi juga untuk kelak di akhirat.
Percayalah, ketika kau tau kebenarannya #DiaPastiKembali

Sumber Gambar : Disini
Persahabatan yang sesungguhnya adalah, persahabatan yang bisa membuatmu lebih Taqwa kepada-Nya