Sore itu kulihat kau dari kejauhan, tersenyum, rona ceria tersirat di wajahmu. Mungkin kau sedang bahagia saat itu, senyum yang sudah lama tak kujumpai lagi. Mataku tertuju pada baju batik yang kau pakai. Ingatanku melayang ke beberapa masa yang lalu, saat ada masa kita pernah menghabiskan hari hari bersama.
Sore itu kau bercerita dengan antusisme yang coba kau redam, namun aku tau kau saat itu berbahagia
“Besok hari pertama ku bekerja, aku belum mempunyai pakaian yang pantas, besok antar aku cari baju, batik kurasa, aku ingin hari pertama ku aku terlihat pantas”.
Esok hari nya, kau mengajak ku berbegas menuju pasar, mencari baju batikmu. ah aku tak menyangka kau ternyata tipikal pria yang kurang simple memilih. Kukira biasanya pria akan lebih memilih pakaian, yang penting batik. Tapi tidak dengan mu. Kau tau kakiku hampir lelah mengikuti langkahmu yang sangat bersemangat hari itu.
Aku pun hampir lelah memberikan pendapat mana baju yang bagus menurutku. “Pilihlah sendiri, aku menunggu disini” kataku. Tapi kau bersikeras agar aku ikut memilihkan baju batik pertamamu, hingga akhirnya kita mendapatkannya satu.
Kulihat wajah mu berseri seri saat itu, lucu rasanya, seperti anak kecil yang mendapatkan baju lebarannya. Saat perjalanan pulang kau berkata “Aku akan tampan besok dengan baju ini” dan aku pun tergelak.
Batik pertamamu beberapa tahun yang lalu, dan kau masih memakainya hari ini, saat aku dari tak sengaja melihatmu dari kejauhan.
Tidak, aku tidak sedang mengingat masa lalu atau semacamnya, aku hanya tetiba saja ingat suatu fragmen yang pernah kita lalui bersama.
Aku tau, kita berbahagia dalam posisi masing masing kita saat ini, kau dengan hidupmu, aku dengan hidupku.
Tidak ada yang lebih melegakan ketika kita mengingat masa lalu, dan kita tertawa lepas mengingatnya, seperti saat ini seperti saat aku mengingatmu, mencari batik pertamamu.