Memperjuangkan C I N T A

Suatu waktu

Pernahkah kau mau untuk memperjuangkan cinta

Memperjuangkannya lebih jauh dari sekedar ranah rasa

Memperjuangkannya lebih dalam dari sekedar ranah suka

Memperjuangkannya lebih tinggi dari sekedar rasa cinta

 

Suatu Waktu

Pernahkah kau memperjuangkan lebih dari tentang mu

Memperjuangkannya lebih dari tentang dia

Memperjuangkannya diantara gelombang rasa yang

Kadang sehasta, kadang sedepa

 

Suatu Waktu

Pernahkah kah kamu meminta pada-Nya untuk mengutuhkan rasa

Memperjuangkannya Sekaligus Memasrahkannya

Menundukannya kepada Ia Sang Maha Cinta

 

Suatu Waktu

Kemudian, kau ingin pejamkan saja matamu

Memperjuangkannya diantara doa doa mu

Lalu

Menundukannya kepada Ia Sang Maha Tau

 

Suatu Waktu

Hingga mungkin usia tak mewakilinya

Aku hanya ingin kau tau

Ada kau di lubuk terdalamku

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement

[ Kita Tak Punya Banyak Waktu ]

Waktu itu bergerak
Waktu itu berdetak
Waktu itu berpendar

Dimanakah jiwa kita ketika waktu merangkak bergerak

Dimanakah akal kita ketika waktu tersentak berdetak

Dimanakah hati kita ketika waktu memudar berpendar

Telahkah kita jauh melangkah, atau kita hanya berputar putar saja.

Telahkah kita banyak berbuat, atau kita hanya jalan jalan di tempat saja.

Telahkah kita benar beramal, atau kah hanya sebatas prasangka belaka saja.

Telahkah kita benar mengguna waktu, saat beribu detak waktu telah berlalu.

Kita tak punya banyak waktu
Kita tak punya banyak waktu

Ya…
Kita tak punya banyak waktu

 

time

Sejahtera Dulu Aja, Baru Mikirin Orang Lain

 

laut

 

Beberapa saat lalu saya terlibat obrolan dengan seorang kawan kerja. Kami membahas tentang impian kami untuk kebermanfaatan banyak orang. Dia bilang “Ka, saya pengen punya panti asuhan nanti” ujarnya “Tapi mungkin ga sekarang, sekarang nyari duit dulu yang banyak, sejahtrakan dulu, baru bisa nabung, biar nanti  bikin panti asuhan yang besar sekalian. Aku ga mau nanggung nanggung bikinnya, kagok kalo dari sekarang nyicil, ga berasa puas. Jadi nanti aku mau bikin panti asuhan pas uang sudah banyak” tegasnya panjang lebar.

Lain waktu saya terlibat pembicaraan yang lebih mendalam lagi dengan seorang yang lain, dengan teman yang sama sama bergerak di bidang sosial. Saya membuka pembicaraan “Kamu suka ngerasa ga sih, kalo kerjaan kita kaya gini kadang suka di pandang sebelah mata oleh sebagian orang”.

Gini contohnya : waktu itu saya keliling pulau selama kurang lebih satu bulan sebagai relawan. Kemudian ada seorang yang sudah Ibu yang bertanya tanya mengenai kegiatan saya. Ditengah pembicaraan dia bertanya “Terus sehari hari kamu ngapain” tanya nya. Mungkin maksudnya, saya kerja apa. Sebuah pertanyaan yang wajar saya, karena mungkin orang orang diluar sana banyak bertanya tanya, orang orang kaya saya ini, kerja nya apa, hidup dari mana, apa ngandelin dari bantuan orang lain juga jangan jangan, hidupnya dari uluran tangan orang lain.

******

Menjalani dua bagian hidup seperti ini – berbisnis & berabdi- seperti yang saya jalanin selama ini memang tidak mudah. Bagi saya keduanya bukan pilihan, tapi impian juga tanggung jawab. Bekerja atau berbisnis apa pun itu segala yang menghasilkan uang  selain kebutuhan bagi saya adalah tanggung jawab. Tanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat, juga kepada Tuhan. Karena bagaimanapun kita harus mandiri diatas kaki sendiri, tidak menambah beban orang lain.  Lebih dari itu menjadi leluasa dalam keuangan  akan sangat banyak membantu dalam bergerak dan berbuat banyak manfaat.

Pengabdian kepada orang banyak, adalah passion saya. Impian saya. Nafas saya. Kegembiraan saya. Kebahagian Saya. Sesuatu hal yang ada dalam degub jantung saya. Ya cita cita saya adalah mewujudkan cita cita banyak orang. Kegiatan saya bersama teman teman di NUSANTARA MEMBACA dan BAKTI GURU NUSANTARA adalah sebuah “Bintang Terang” bagi kami, sebuah cita cita terbesara yang kelak akan kami bawa untuk di persembahkan pada hari “esok” kelak, di hadapan Allah Swt.

Sungguh, tidak mudah menjalani keduanya bersamaan. Dalam waktu singkat, kadang harus bergantri peran dengan cepat, menjalani bisnis  kemudian menjalani pengabdian.  Saya sungguh masih sangat banyak belajar, membagi waktu, fikiran, tenaga di antara dua dunia yang saya jalani berbarengan ini, sungguh, sungguh tidak mudah.

***********

Jadi,  apakah sejahtra dulu baru membantu orang lain ? atau menjalani kedua duanya berbarengan? ahh menurut saya ini bukan mengenai benar atau salah. Ini mengenai pilihan, prioritas dan yang paling penting ini mengenai panggilan hidup.