EUFORIA Perayaan Kemerdekaan ?

Sebuah Cacatan Renungan Kemerdekaan

Tulisan ini semoga bukan semacam tulisan “nyinyir” atau menyindir. Ini adalah tulisan seorang anak Bangsa yang sedang berdialog dengan fikiran nya tentang bagaimana sebagian besar masyarakat ini merayakan kemerdekaannya.

Ga Ada Kemajuan, Itu Itu Saja

Seperti yang kita tau, kebanyakan perayaan kemerdekaan di rayakan dengan cara yang sama dari tahun ke tahun, dari semenjak saya kecil hingga sekarang yang kurang lebih dua puluh tahun telah berlalu, lomba lomba seperti balap kelereng, lomba balap makan kerupuk, lomba balap karung, lomba tarik tambang, dan lain sebagianya, masih tetap sama.

Kemudian malamnya di tutup dengan panggung perayaan, yang rata rata adalah panggung dangdutan, yang digelar dari pagi hingga malam larut terkadang. Tak jarang penyanyi nya berpakaian terbuka dengan joget-an yang seringkali risih untuk dilihat, apalagi tidak bisa dihindari, yang menonton banyak anak anak, yang tidak baik ketika diberikan tontonan seperti itu.

Sesaat saya sempat sedikit nyinyir ketika membaca karton pengumuman yang ditempel di tembok tentang perlombaan perlombaan di lingkungan rumah saya, “ahh gitu gitu aja, ga ada kemajuan, bikin yang lebih mendidik kek” gitu kata hati saya.

Namun kemudian saya coba berfikir lebih dalam lagi, tidak bijak ketika hanya menilai, menghakimi dan tidak bisa memberikan alternatif, ide atau solusi. Satu sisi memang mungkin ini adalah wujud kegembiraan masyarakat dalam memeriahkan ulang tahun kemerdekaan, perasaan kesyukuran dan merasa memiliki. Selain itu perayaan dan perlombaan ini adalah ajang silaturahmi para warga.

 

 

Sudahkah Para Terdidik “Membumi”

Saya kemudian mengajak “diri saya” untuk berfikir ? kenapa perlombaan nya seperti ini ini saja. tidak ada nilai edukasi atau nilai yang bisa menanamkan rasa cinta yang lebih pada negri ini dan bisa menggerakan masyarakat untuk berkarya lebih.

Mungkin salah satunya adalah karena orang orang yang “terdidik” atau yang cukup berilmu pengetahuan di lingkungan setempat, enggan untuk turun dan membumi dengan masyarakat lingkungan terdekatnya, sehingga tidak ada input lain, tidak ada ide, gagasan baru, yang biasannya  dimiliki dan muncul -seharusnya- dari para orang orang terdidik ini yang mempunyai wawasan yang lebih luas.

Lagi lagi mungkin karena sebagian kaum “terdidik” ini tidak merasa penting untuk ikut bercampur di masyarakat, mengurusi hal hal yang terliahat kecil dan tidak juga membawa banyak keuntungan baik secara moril, prestise, atau financial . Atau memang kadang memang lingkungan rumah, seringakali “terlewat” oleh para kaum terdidik, aktivis, peggiat sosial, ilmuan, dsb, karena telah di sibukkan dengan urusan di luar lingkungan luar rumah yang terlihat lebih penting.

Padahal bila kita mau untuk menyadari, bahwa setiap kita mempunyai peran yang penting di lingkungan terdekat kita, lingkungan rumah. Lingkungan dimana kita tinggal di dalamnya, bersama sama dengan orang orang nya, menikmati udara dan tanahnya, namun sayangnya kita jarang ber peran di sana. Ahh… ini adalah sebuah refleksi diri saya sendiri ….

 

Alternatif Alternatif Kegiatan Agustusan

Ah bila mencoba flash back pada 72 tahun yang lalu, pada saat proklamasi ini di lantangan, pastilah suasana disana sangat sakral, sangat khidmat, perjuangan yang luar biasa dari para bapak  bangsa yang mewakafkan jiwa, raga, fikir, hati nya untuk kemerdekaan negri ini. Dan apakah kita merayakannya tanpa makna … ?

Kemudian terlintas ide ide dalam benak saya, yang mungkin bisa saya usulkan tahun depan di lingkungan rumah saya, seperti

  • Lomba Menebak atau merangkai wajah pahlawan Indonesia
  • Lomba orasi kemerdekaan (Mis : Lomba menirukan orasi Soekarno atau Bung Tomo)
  • Nonton film dokumenter kemerdekaan, dengan intreaktif. Kemudian ditanya apa yang dirasakan dan ingin dilakukan setelah menonton film tsb
  • Lomba story telling tentang kisah perjuangan kepahlawanan
  • Lomba menceritakan cita cita masa depan untuk Indonesia
  • Lomba pidato bahasa daerah masing masing
  • Dsb

Ah mungkin akan ada ide ide kreatif lainnya dari pada anak muda Bangsa ini ketika mau menyadari bagaimana seharusnya memaknai kemerdekaan dan bagaimana agar 17 Agustus adalah sebuah moment untuk benar benar mencintai negri ini, moment yang menggerakan untuk lebih berdaya, lebih dari sekedar kata kata.

 

Advertisement