Maafkan Hamba [ Sebuah – Monolog ]

Ketika aku yakin bahwa Allah adalah Penciptaku, Penguasaku, sekaligus Maha Penuh Kasih dan Penuh Sayang..

Lalu kenapa aku masih takut akan masa depan dan takdirku ?

.

Apakah aku masih meniscayakan Pengaturan Nya untuk-ku

Apakah aku masih tidak memercayakan hidupku atas Pengaturan-Nya yang Maha Bijak

Apakah aku masih meragukan perlindungan-Nya, selama aku mematuhi dan menuruti apa yg menjadi perintahnya

Apakah aku masih meragukan ke Maha – Adilannya

Apakah masih tersirat halus dalam sudut jiwaku, bahwa aku meragukan pengabulan-Nya ketika aku meminta

.

Padahal aku selalu berkata Dia Maha Pengasih, Penyayang Dan Pengabul Doa

Apakah aku benar2 dengan segenap jiwa dan ragaku, telah memercayakan hidup dan matimu kepada -Nya

Atau Barangkali keyakinanku hanya sebatas lisan, tanpa ku yakinkan dengan segenap hati dan jiwaku

.

Ampuni Ya Raab, bila iman masih sebatas lisan

Ampuni Ya Rabb, bila ikhlas ini masih tidak utuh

.

Izinkan izinkan hamba untuk memperbaiki iman ini

Izinkan agar iman ini terus mengada, menetap, melekat

Hingga pertemuan dengan-Mu Kelak

.

~ Sebuah Monolog Di Hari Saat Sunyi

Advertisement

Satu Satu

Sudah lama rasanya saya tidak menulis disini. Padahal banyak rasa, kata, cerita yang terkumpul di kepala.

Sebelumnya saya sering menargetkan diri untuk bisa melakukan ini itu -termasuk menulis disini-, namun memang satu atau lain hal, akhirnya beberapa target itu tidak atau belum tercapai

Saat suatu target tidak tercapai, semacam ada rasa kecewa pada diri sendiri ; “Ko kamu ga bisa sih? harusnya kan …” kurang lebih begitulah monolog dalam diri, yang terjadi bukan sekali dua kali.

Lalu saya mulai mengevaluasi diri, kenapa sih saya tidak bisa memenuhi target target tersebut …

Awalnya saya mengira ini bukan manajemen waktu, tentang kemalasan atau kebiasaan menunda, yang mungkin ada dalam diri saya. Tapi akhirnya saya sadar, bahwa ini bukan tentang hal hal tersebut, namun tentang prioritas tujuan yang harus dijalani satu satu

Belum lama ini, saya termasuk orang yang cukup kuat dalam berkeinginan untuk bisa melakukan beberapa urusan, target dan urusan -terutama yang melibatkan pekerjaan fikiran- dalam satu waktu. Ada kondisi saya “menuntut” diri untuk harus bisa pagi kerjakan A, kerjakan B, sore-malam urus C. Dalam satu hari semuanya harus sempurana terkerjakan. In that time ; i feel that i push my self to much

Seiring usia, pengalaman dan pendewasaan hidup #tsaahhhhh … akhirnya saya mulai di fase, bahwa ada saatnya kita tidak bisa menjalankan banyak hal. Atau tepatnya, ada saatnya kita memilih untuk tidak menjalankan beberapa hal sekaligus

Satu satu ….

Saya termasuk orang yang mudah berpindah pindah dalam fikiran. Ide, gagasan, loncatan fikiran sering membuncah buncah dalam otak saya, dan itu terjadi secara alami saja. Dan saat itu, seringkali saya cukup reaktif dalam meresponnya, tiba tiba ide yang muncul tersebut ingin segera dilakukan, gemes pengennya segera di eksekusi, dan diri ini merasa mampu untuk sekaligus mengekesusinya.

Sebenarnya hal itu adalah anugrah, dilimpahi kemudahan ide, gagasan, dan banyaknya cita cita. Tugas saya selanjutnya adalah bagaimana saya menata prioritas, fokus dan langkah untuk mengelolanya.

Dulu “ambisi diri” mengatakan bahwa saya mampu ko melakukan banyak keinginan tersebut sekaligus. Namun, pengalaman dan pendewasaan diri akhirnya mengajak saya untuk bijak untuk melakukannya satu-satu, sabar, dan terencana

Dulu ambisi diri tersebut, seringkali membuat fikiran saya mudah lelah, karena fikiran di paksa berpindah dari urusan satu ke urusan lain. Belum lagi, perasaan bersalah dan menyalahkan diri ketika target target tersebut tidak tercapai

Sekarang saya belajar untuk lebih “kalem” aja menjalani hidup, selama kita tahu tujuan akhir kita kemana, kita yakin apa yang sedang dijalankan sekarang adalah jalan kebaikan, kita tidak sedang bermalas malasan, dan kita menjalaninya dengan terencana dan penuh kesungguhan

Satu satu ….

Semua ada saatnya, tak perlu semua dilakukan saat ini, tabung rapih cita, semua ada waktunya

[ Cerita Jiwa ]-[ Tanaka – Haira Stories]

Hai Tanaka, malam ini boleh aku bercerita? tentang jiwa yang sedang merasa segala rasa…

 

 

Tanaka, Kamu Pernah merasa seperti ini … ?

Merasa lelah dengan naik turunnya keadaan, yang sebentar seperti ada secercah harapan, lalu tak lama kemudian ia menjadi sebuah kekosongan. Sebentar kau merasa melihat sebuah cahaya, namun tiba tiba cahaya itu meredup dan menjauh.

Pernahkah kau merasa begitu berenergi di pagi hari, namun menjelang siang kau peroleh kabar yang tak menyenangkan, hingga energi yang tengah meninggi itu seketika pergi. Pernahkah kau begitu lelah, hingga kau tak bisa terlelap dengan tenang

Pernahkah kau berjuang dengan segenap badan, waktu dan fikiran, namun jangankan hasil baik yang diinginkan, malah serupa masalah yang kau dapatkan. Seperti kau akan dihadiahkan sebuah kebahagian, namun yang kau dapatkan adalah sebuah kekecewaan. Kau seperti dipermainkan oleh kehidupan.

Tanaka, ku tau, aku lelah ….

Tanaka, bila kau sudah usai mendengar ceritaku, berkabarlah ...