Tentang Meninggalkan Dan Ditinggalkan

Pekan kemarin meninggalkan banyak pesan pada jiwa saja. Beberapa berita duka dari yang ditinggalkan oleh orang orang tercinta, rupanya membuat saya merenungkan tentang ini ; Tentang meninggalkan dan ditinggalkan

Menerima atau tidak, entah dalam apa bentuknya, kapan waktunya pada akhirnya salah satu yang harus di hadapi oleh manusia adalah sebuah perpisahan. Tentang meninggalkan atau ditinggalkan

Perpisahan yang dalam bentuknya tidak hanya sebatas perpisahan tentang kehidupan dan kematian. Namun kadang berupa “perpisahan-perpisahan” kecil di dunia. Perpisahan seorang anak dengan orangtuanya setelah pernikahan, perpisahan dengan sahabat, perpisahan rekan berkarya, atau perpisahan dua orang yang saling mencinta, dan lain sebagainya.

Tentang meninggalkan atau ditinggalkan. Sebuah kenyataan dan fitrah kehidupan yang akan dialami oleh setiap orang, tanpa kita akan tahu siapa yang akan meninggalkan atau siapa yang akan ditinggalkan

Lalu haruskah kita resah gelisah akan hal ini ? Takut meninggalkan atau ditinggalkan ?

Lalu bisakah kita meminta agar kita tidak pernah dipisahkan dengan sesuatu atau sesorang yang kita cintai ?

Lalu bolehkah kita meminta agar selalu bersama, selama lama lama lama ….. nya ? (Seperti dialog patrick dengan spongbob …hhe)

Kekhawatiran atas perpisahan, perasaan kehilangan, kesedihan atas selesainya kebersamaan, adalah sebuah hal yang tidak apa apa, kita adalah manusia, yang dianugrahi perasaan dari Sang Pencipta.

Namun jangan sampai segala rasa itu menjadikan kita tidak menerima apa yang apa apa yang telah menjadi ketetapan-Nya.

Jangan sampai kita mengharapkan apa yang fana menjadi abadi, karena tidak akan pernah terjadi.

Jangan sampai kita menjadi terlupa bahwa apa apa yang ada di dunia ini rapuh, fana, sementara dan tiada yang abadi.

Karena, benar adanya bila kita hanya menyandarkan hidup kita kepada seseorang atau sesuatu, siapa pun dan apapun itu ; pasangan, orangtua, anak, diri sendiri, kemampuan, keinginan, harapan, apa pun itu yang ada di dunia ini , maka semua itu rapuh. Suatu saat kita akan meninggalkan atau ditinggalkan

Kadang saat terlalu mencintai seseorang ; baik pasangan , anak, atau orangtua barangkal, ada terbersit rasa bahwa akan tidak berdaya tanpa mereka, tidak bisa hidup tanpa mereka, dan perasaan semacamnya

Karena saat “menggenggam” sesuatu atau seseorang terlalu kuat, mendekap terlalu erat, mencintai terlalu pekat, membuat terlupa, bahwa sesungguhnya itu semua bukan mutlak milik kita, bahkan diri ini pun bukan milik kita. Ada saatnya kita meninggalkan atau ditinggalkan

Kita lupa bahwa semua yang ada, semua yang terasa adalah fana, bisa hilang atau terhenti, atau memang sudah saatnya berganti. Seringkali terbersit hati, ingin menikmati apa yang dimiliki ini selamanya. Padahal yang selamanya ini bukan disini, bukan di kehidupan ini. Di kehidupan ini akan ada yang ditinggalkan atau meninggalkan

Nanti. Ada saatnya kita menikmati yang selamanya, kelak disana. Kita berharap dan sangat berharap karena Ridha Allah Swt, kita menikmati saat selamanya dengan sesiapa yang kita sayangi di dunia ini, dan tempatnya adalah di Jannah-Nya.

Aamiin Yaa Rabbal Alamiin …

Maka, semoga iman dan taqwa selalu tertanam dalam jiwa kita dan orang orang yang kita sayangi, agar kelak kita bersama mereka di tempat yang indah disana, tempat kebersamaan yang tidak berkesudahaan, tempat segala kebahagiaan diberikan, tempat yang akan bisa kita sematkan kata “selamanya”, tempat yang tidak ada lagi kisah meninggalkan dan ditinggalkan

Semoga kapanpun kita dipisahkan, kelak kita akan kembali dikumpulkan dalam tempat nan abadi, Jannah-Nya.

Aamiin yaa rabbalalamiin

Fn : Sebuah nasihat terutama untuk diri saya sendiri, semoga bermanfaat pula untuk kamu yang sedang membaca ini 🙂

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s