Ada masa masa di waktu yang lalu, saya menjadi orang yang “Lelah Berdoa” (Astagfirullah, maafkan hamba ya Allah…)
Rasa rasanya segala amalan jenis do’a sudah di panjatkan, segala jenis dzikir dan amalan sunnah yang orang sarankan. Namun kenapa do’a tersebut tidak kunjung dikabulkan
Hingga terbersit :
Kemanakah do’a do’a itu pergi
Adalah DIA benar2 mendengar
Apa dosa yang kulakukan, hingga do’a ini tak kunjung dikabulkan…
Hingga di suatu waktu, saya berulang ulang selalu mendengar tentang makna sesungguhnya dari do’a
Bahwa do’a bukan perkara dikabul atau tidaknya permintaan kita
Bahwa do’a bukan perkara kapan kah waktunya, apakah nanti atau segera
Namun do’a adalah seberapa erat kita bergantung kepada-Nya
Namun do’a adalah seberapa kita mempercayai-Nya sebagai tempat kita meminta, sebagai tempat bercerita, mengadu, berkeluh kesah
Namun do’a adalah seberapa besar ketergantungan kita kepadanya
Namun do’a adalah seberapa sering kita menyeru, menatap, dan bersandar kepada-Nya
Terlepas bagaimana, kapan, dimana dan bagaimana caranya Ia menjawab dan mengabulkan do’a do’a kita itu bukan jadi hal yang utama dan satu satunya
Mengkokohkan bahwa IA adalah Tuhan, dan kita adalah hamba
Yang kepada-Nya lah kita menyandarkan segala kebutuhan, harapan, keinginan, itulah yang paling utama
Seperti Abu Bakar yang pernah berkata :
“Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah do’aku akan dikabulkan atau tidak, tapi yang lebih aku khawatirkan adalah aku tidak diberi hidayah untuk terus berdo’a.” 😭
Benar, adanya. Yang paling berbahaya adalah ketika kita berhenti berdo’a. Yang berarti kita berhenti bersandar pada-Nya, berhenti percaya bahwa IA adalah Tuhan yang Maha Mendengar, Maha Mengurus hidup kita
Yang terpenting dari do’a adalah tentang bagaimana kita selalu tersambung, terhubung, terikat erat dan bergantung kepada-Nya. Hanya DIA