Sebuah perbincangan disebuah grup pertemanan WA yang tadinya penuh dengan canda tawa berubah menjadi perdebatan yang cukup panas ketika perbincangan masuk kedalam topik ini.
Topik tentang ibu rumah tangga dan ibu bekerja, sebuah topik yang sebenarnya sudah lama jadi bahan perbincangan yang tidak ada habisnya.
Perbincangan yang bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, perbincangan yang bila hanya memakai pandangan yang sempit, maka akan menimbulkan seolah olah kedua kondisi ini selalu bertentangan, seperti kutub utara dan kutub selatan, seperti benar mutlak atau benar salah
Menurut saya keduanya adalah profesi yang MULIA
Ibu rumah tangga, yang mendedikasikan waktu, fikiran, tenaganya untuk mengurus suami dan anak anaknya, secara total. Yang hampir dua puluh empat jam waktunya dipersembahkan untuk keluarganya, bukanlah hal yang sederhana
Walau mungkin sebagian mereka masih ada terbersit keinginan dan memiliki peluang untuk juga tetap bisa bekerja & berkarir di luar sana. Menggunakan ilmu yang ia dapatkan dari semasa sekolah hingga kuliah. Namun, dengan berbagai alasan dan pertimbangan, ia memilih untuk total menjadi ibu rumah tangga. Salute
Ada juga mereka yang memilih untuk berkarir, menambah peran lain diluar peran utama mereka sebagai ibu rumah tangga, baik karena sebuah pilihan ataupun kondisi keharusan
Keharusan bekerja untuk seorang wanita single fighter yang harus menafkahi anak anaknya karena suami nya telah tiada. Seorang istri yang harus bekerja karena suaminya yang sedang sakit tak berdaya, atau ingin membantu perekonimian orangtuanya
Apakah itu berarti mereka menyalahi kodrat mereka sebagai ibu rumah tangga ?
Ah, rasanya tidak bijak juga kita menilai terburu buru seperti itu. Ini bukan mutlak tentang hitam dan putih, benar atau salah, namun ini tentang bagaimana kita melihat dengan pola pandang yang jernih menurutku
Karena ada istri atau ibu diluar sana -yang bekerja- yang jauh di hati kecilnya, ingin selalu ada dirumah, ingin selalu membersamai suami dan anak anaknya, namun karena keadaan mereka “terpaksa” harus menjalani peran lainnya
Rasa rasanya setiap wanita yang matang dan dewasa akan menikmati hal ini ; mendesikasikan seluruh waktunya untuk rumah tangga mereka, karena memang sejatinya fitrah wanita akan betah dirumah & membersamai keluarganya
Atau ada juga para wanita yang memang perannya sangat dibutuhkan oleh banyak orang diluar sana, misalnya dalam dunia kesehatan : dokter, perawat, bidan, dll. Dalam dunia pendidikan ; guru, dosen, dll, yang dibutuhkan pula jiwa dan sentuhan perempuan dalam prosesnya
Bahkan di dunia politik dan pemerintahan yang identik di dominasi oleh pria, saya rasa tetap membutuhkan sosok perempuan disana. Butuh para perempuan yang lembut jiwanya, tajam fikirannya, peduli hatinya, untuk meramu kebijakan kebijakan yang sesuai dengan fitrah, kepentingan dan kebutuhan kaum perempuan
Lebih jauh dalam membangun peradaban umat manusia pun peran perempuan sangat dibutuhkan, pertama dalam perannya dalam lingkup kecil rumah tangga, juga dalam lingkup kehidupan sosial masyarakat, misalnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan banyak lagi ruang ruang yang membutuhkan sosok perempuan di dalamnya
Bahkan istri Rosul kita tercinta pun, ada yang mempuyai peran di luar rumah tangganya. Sayidah Khadijah seperti yang kita sudah ketahui mempunyai peran lain, yaitu sebagai seorang saudagar yang handal. Pun, Sayidah Aisyah dalam banyak keterangan bahwa disebutkan bahwa beliau berperan sebagai pendidik bagi umat, banyak mengajar dan belajar, bahkan beliauu pun pernah turun di medan perang.
Maka kini, tidak elok rasanya memberikan lebel salah benar dengan sembarangan, pada ibu rumah tangga ataupun ibu bekerja.
Karena yang terpenting adalah bukan tentang bekerja atau full ibu rumah tangga, tapi yang paling pertama dan utama adalah menyadari bahwa semua pilihan yang diambil adalah sebagai jalan ibadah kita kepada Allah Swt.
Maka peran peran yang kita ambil adalah peran yang benar, baik, dan penuh kebermanfaatan
Kedua adalah tentang bagaimana membagi peran. Termasuk didalamnya tentang membagi waktu dan pikiran dengan cerdas. Peran kita sebagai istri dan ibu dalam sebuah rumah tangga, juga bagaimana mengatur diri sedemikian rupa bila kita mempunyai peran lainnya di luar rumah. Tentunya dengan Ridha suami, sebagai kepala rumah tangga
Karena percayalah, bahwa apapun peran seorang wanita di luar sana, hatinya akan selalu terpaut pada rumah dan keluarganya
Lalu bagaimana dengan keinginan saya yang masih single ini ? hhaa…
Apakah ingin menjadi sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga, atau tetap mempunyai peran lain di luar sana ?
Maka jawabannya seperti ini ;
Saya ingin menjadi seorang istri yang membersamai dan mendampingi suami, mendidik anak anak sepenuh jiwa dan hati. Karena ini adalah tugas yang utama.
Dan saya pun masih tetap ingin diberikan izin, ruang, kesempatan dan yang terpenting adalah dukungan dari keluarga, untuk tetap bisa berkarya, melakukan amal soleh, kebaikan dan kebermanfaatan bagi banyak orang, tentunya sesuai dengan porsinya, sesuai dengan fitrahnya
Bukan tentang berambisi ingin mempunyai karir yang bagus, atau perkara finansial, bukan. Bukan juga tentang menuntut kesetaraan gender, karena saya bukanlah seorang feminist, yang menuntut kesetaraan yang sama antara laki laki dan perempuan. Karena saya meyakini bahwa laki laki dan perempuan mempunyai porsinya masing masing, sesuai dengan tuntunan agama juga norma
Ini tentang bagaimana kita menjadi manusia yang bermanfaat untuk banyak orang di luar sana
Rasa rasanya kita perlu belajar tidak mendikotomi dan memperluas jurang antara ibu bekerja atau ibu rumah tangga. Menjadi merasa paling benar, dan menyalahkan mereka yang memilih jalan berbeda dari kita
Belajar menjadikan keduanya bukan hal yang bertentangan, namun hal yang berasatu padu di kehidupan ini, satu kesatuan ibadah, dalam rangka meraih Ridha dan Cinta-Nya
Fn : Doakan saya ya … 🙂