Bagaimana ini,
Aku Dipuncak Rindu
Rindu Pada Laut Dan Padamu
Kuucapkan Saja
Atau
Kuabaikan Saja
Dapatkah tertawar rindu ini, dengan sepanjat ucap doa
Agar di sebuah musim yang tak sengaja
Kita kembali bertemu bersama
Bagaimana ini,
Aku Dipuncak Rindu
Rindu Pada Laut Dan Padamu
Kuucapkan Saja
Atau
Kuabaikan Saja
Dapatkah tertawar rindu ini, dengan sepanjat ucap doa
Agar di sebuah musim yang tak sengaja
Kita kembali bertemu bersama
Dalam menjalankan sesuatu kita perlu mengetahui sifat, karakter dan kepribadian diri, agar kita bisa mengetahui bagaimana langkah yang akan diambil agar tujuan yang dicita citakan bisa menjadi kenyataan
Dalam mewujudkan impian & cita cita itu seperti sedang manjalankan lomba lari. Kita harus mengetahui terlebih dahulu siapakah diri kita, apakah kita tipe pelari sprint, pelari jangka pendek, pelari jangka panjang atau pelari estafet, karena rupanya setiap jenis nya mempunyai karakter yang berbeda
Bahkan setelah kita mengetahui diri kita, kita pun perlu mengetahui jenis bisnis/organisasi yang akan kita bangun, apakah bisnis yang akan dilakukan dalam jangka pendek saja, dalam suatu priodik tertentu, project berjangka, atau kita sedang membangun bisnis/organisasi yang berjangka panjang, karena tentunya akan berbeda dalam membangun dan mengelolanya.
Saya senang menganalogikan bisnis dengan lomba lari. Misalnya pelari sprint dan jarak pendek, mereka akan lari sekencang kencangnya untuk mencapai garis finish, mengeluarkan segala tenaga nya dalam waktu yang relatif singkat, karena jarak yang ditempuh nya pun pendek, berkisar 100 meter saja. Maka dalam jangka waktu itu, ia akan mengerahkan tenaga dan staminanya sekaligus hingga mencapai garis finish
Pelari model sprint ini, sama halnya dengan bisnis yang memang diniatkan untuk jangka pendek saja, misalnya bisnis yang tujuannya keuntungan cash secara cepat, bulanan misalnya. Maka, bisanya kita benar benar “ngegas” dari awal sampai akhir, agar tujuan jangka pendek tersebut segera tercapai.
Beda halnya dengan lari jangka menengah apalagi jangka panjang, maka kita perlu untuk memikirkan bagaimana strategi yang akan dilakukan. Kita perlu mengatur stamina, mengatur nafas, mengatur waktu kapan saaatnya berlari kencang, saatnya berlari wajar.
Saat kita sedang melakukan lari jangka panjang dengan jarak yang tentunya lebih jauh, tapi kita malahan berlari sprint, maka bukan tidak mungkin tenaga kita sudah habis di pertengahan jalan, sebelum sampai garis finish, karena kita tidak bisa mengatur ritme dalam berlari
Pun saat kita ingin membangun bisnis yang jangka panjang, maka aturlah strategi, bagaimana mengatur diri di titik start, bagaimana mengelola energinya, bagaimana langkah kakinya, apakah kita memilih langkah langkah lebar, atau langkah kecil namun lebih cepat. Mengatur irama kapan waktunya berlari kecil, dan kapan waktunya berlari kencang
Jangan sampai kita tidak bijak, menghabiskan jiwa, raga, tenaga dan emosi yang berlebihan di titik tertentu dalam bisnis kita, kemudian terkuras habis semua energi di tengah perjalanan, dan kelelahan untuk melakukan perjalanan selanjutnya yang sebenarnya masih jauh.
Padahal kita butuh nafas yang panjang, emosi yang stabil, langkah yang bijak untuk menjalankan tujuan jangka panjang tersebut.
Lain ha nya saat kita mempunyai bisnis, organisasi, impian atau cita cita besar yang tentunya di bangun dalam jangka panjang. Cita cita dan tujuan yang tidak kita kerjakan sendiri, tapi dengan sinergi tim, melibatkan banyak orang. Bisnis atau organisasi yang tetap meninggalkan jejak walaupun kita sudah tidak ada. Maka bisa jadi yang kita butuhkan adalah lari secara estafet.
Saat melakukan karya secara estafet, maka kita tidak hanya memikirkan tentang sebarapa cepat kita mampu berlari, namun kita pun perlu memikirkan bagaimana tim kita, bagaimana kekuatan mereka, bagaimana bersepakat untuk mengatur langkah dan startegi, bagaimana mengatur jarak tempuh masing masing, bagaimana kita cerdas dalam berbagi peran dan tanggung jawab.
Karena, bila kita mempunyai impian, visi, cita cita dan tujuan yang besar, dan tentunya menepuh jarak waktu yang jauh, maka mustahil kita berlari sprint sendirian, kita butuh rekan, kita butuh teman, kita butuh kawan seperjuangan yang akan memastikan kita menyentuh garis finish dengan upaya bersama. Kita butuh strategi, langkah langkah yang terukur, pembagian tugas yang tepat, juga kemufakatan
Fahami diri, kenali organisasi, adalah langkah awal untuk mencapai tujuan
Maka, sebelum melangkah dan berlari lebih jauh, pastikan “pelari” tipe apakah kita, apakah tipe pelari sprint dan jangka pendek, yang mempunyai speed tinggi, apakah pelari jangka panjang yang bisa membuat strategi terukur untuk diri sendiri, ataukah kita tipe pelari estafet yang akan mau untuk beragi peran, untuk mencapai tujuan yang jauh dan jangka panjang
Pun dengan organisasi atau bisnis yang sedang kita jalankan, apakah ini akan menjadi bisnis lone ranger, yang akan kita jalankan sendirian saja, karena memang tujuan nya jangka pendek saja. Atau kita akan menjadikan bisnis atau organisasi jangka panjang yang jauh perjalanannya, besar impiannya, yang membutuhkan banyak orang untuk menjalankannya
Maka, luangkan ruang dan waktu untuk mengenali siapa diri kira, bisnis dan organisasi apa yang sedang kita bangun, tim seperti apa yang akan kita butuhkan, agar cita cita dan tujuan kita dapat tercapai
Bandung Juni Ke Sepuluh
Semoga Bermanfaat
Fn : Writing is learning. Menulis adalah proses belajar dan memahami diri, juga media berbagi
Kita sebenarnya saling menguji
Kadang kita diuji orang lain entah dengan rasa marah, kecewa, sedih bahkan sakit hati atau mungkin tanpa sadar kita pun menjadi ujian untuk orang lain. Kita menyebalkan, mengecewakan, membuat orang marah dan sakit hati bahkan barangkali tanpa terasa mendzalami orang lain
Mungkin kita pernah dikecewakan oleh seseorang misalnya, kekecewaan yang mendalam, sehingga kita menjadi larut pada rasa kesal pada orang tersebut yang tidak ada habisnya. Hati kita menjadi sempit, sedih , bahkan menjadi dendam yang mendalam akibat perbuatannya. Bila kita terus terlarut dalam rasa ini, rasanya hidup terasa tidak mengasikan…
Well. after all we are human : we are, he is, them all.
Selain manusia tidak sempurna, bisa jadi ini adalah tentag orang lain yang menjadi jalan ujian dari Allah, untuk menguji diri kita, dengan perbuatan yang mereka lakukan. Satu hal yang perlu kita mulai belajar adalah, ini semua ada barangkali untuk menguji kita, baik untuk menguji kesabaran, ketangguhan, kesadaran bahkan keimanan kita
Saya sendiri sedang belajar akan hal ini, mengembalikan semua baik rasa kesal. marah, kecewa, sakit hati, kepada Allah.-tidak mudah memang- , karena wajar saja sebagai manusia kita merasaka berbagai emosi tersebut
Namun kemudian menyadari bahwa pada hakikatnya ini bukan hanya tentang urusan manusia kepada manusia, namun Allah menghendaki dia, kita, mereka untuk jadi jalan ujian satu dengan yang lainnya
Maka saat bisa mulai belajar menjalalnkan hal ini, biasanya segala rasa marah, kecewa atau patah hati perlahan memudar, menjadi sebuah kesadaran, bahwa tugas kita bukan untuk kesal, marah, dendam berlarut larut kepada objek manusianya, namun bagaimana kita bisa menjalani ujian tersebut dengan baik, benar & bijak.
Dan yang terpaling adalah menerima dengan penuh kesadaran bahwa semua terjadi atas kehendak Allah, dan ada maksud tujuan dan hikmah dari semuanya. Tugas kita lah untuk menjalaninya dan menemukan jawaban atas maksud Allah atas segala ujian ini
Karena bisa jadi kita akan diuji melalui orang lain, dan kita pun bisa menjadi ujian untuk orang lain
Wallaua’lam bissawab…
Tentang hidup yang tidak sempurna ….
Iya hidup ini tidak sempurna, banyak hal yang tidak sesuai dengan keinginan, harapan dan keinginan kita.
Iya, hidup ini tidak sempurna. Kadang kita dibuat kecewa, marah, sedih, bahkan patah hati oleh orang lain
Iya hidup ini tidak sempurna, seberapa detik lalu kita hidup baik baik saja, namun tak berapa lama tiba tiba ada masalah mendera kita
Iya, hidup ini tidak sempurna, terkadang tidak semua hasil sesuai dengan yang kita sudah usahakan
—-
Sekarang saya sering menasihati diri sendiri saat menghadapi masalah.
“Hei … dont take it personal”.
Karena setiap orang pun sama, merekasetiap manusia menghadapi masalah nya masing masing. Kita, dia, mereka …
Saat kita sadar bahwa setiap orang diikuti masalah nya masing masing, tak lagi kita merasa orang yang paling malang, paling tidak beruntung, atau paling menderita
Ketika kita mau belajar dan mensikapi masalah sebagai konsukensi hidup, maka hidup akan lebih tenang. Mungkin tidak serta merta menjadikan masalah itu hilang, namun kita akan lebih bisa menerimanya dengan lapang dada dan kemudian berani menghadapinya
—
Hidup di dunia ini memang tidak sempurna, imperfect, karena begitulah ketentuannya
Kita tidak selalu mendapatkan yang kita mau, namun seringkali kita mendapatan kenikmatan yang tidak terduga
Kita tidak selamanya kecewa, dan tidak selamanya dibuat gembira
Kita tidak selamanya bahagia, dan tidak akan selamanya menderita
Kita tidak akan selamanya bersedih, dan tidak akan selamanya bersuka
Kita tidak akan selamanya gagal, dan tidak akan selamanya berjaya
Kita tidak akan selalu melalui hidup yang mulus mulus saja, dan tidak juga akan selalu menghadapi badai bencana
Karena hidup ini memang dipergulirkan oleh Nya
“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)…” (QS. Ali Imran: 140
—
Lalu adakah hidup yang sempurna ?
Ada. Namun kelak di kehidupan kita berikutnya, di kehidupan setelah kematian dan kebangkitan. Disana hidup akan sempurna, sesempurna sempurnanya
Dan ada dua pilihan, sempurna dalam kenikmatan atau sempurna dalam penderitaan. Semuanya bergantung pada amalan, keimanan dan ketakwaan kita di kehidupan saat ini
Dan dimana kita berada kelak, ditentukan di hidup sekarang, saat ini. Di kehidupan yang tidak sempurna ini …
—
Bandung, 05 Mei 2020
Sebuah Nasihat Pada Diri Sendiri
Ada masa masa di waktu yang lalu, saya menjadi orang yang “Lelah Berdoa” (Astagfirullah, maafkan hamba ya Allah…)
Rasa rasanya segala amalan jenis do’a sudah di panjatkan, segala jenis dzikir dan amalan sunnah yang orang sarankan. Namun kenapa do’a tersebut tidak kunjung dikabulkan
Hingga terbersit :
Kemanakah do’a do’a itu pergi
Adalah DIA benar2 mendengar
Apa dosa yang kulakukan, hingga do’a ini tak kunjung dikabulkan…
Hingga di suatu waktu, saya berulang ulang selalu mendengar tentang makna sesungguhnya dari do’a
Bahwa do’a bukan perkara dikabul atau tidaknya permintaan kita
Bahwa do’a bukan perkara kapan kah waktunya, apakah nanti atau segera
Namun do’a adalah seberapa erat kita bergantung kepada-Nya
Namun do’a adalah seberapa kita mempercayai-Nya sebagai tempat kita meminta, sebagai tempat bercerita, mengadu, berkeluh kesah
Namun do’a adalah seberapa besar ketergantungan kita kepadanya
Namun do’a adalah seberapa sering kita menyeru, menatap, dan bersandar kepada-Nya
Terlepas bagaimana, kapan, dimana dan bagaimana caranya Ia menjawab dan mengabulkan do’a do’a kita itu bukan jadi hal yang utama dan satu satunya
Mengkokohkan bahwa IA adalah Tuhan, dan kita adalah hamba
Yang kepada-Nya lah kita menyandarkan segala kebutuhan, harapan, keinginan, itulah yang paling utama
Seperti Abu Bakar yang pernah berkata :
“Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah do’aku akan dikabulkan atau tidak, tapi yang lebih aku khawatirkan adalah aku tidak diberi hidayah untuk terus berdo’a.” 😭
Benar, adanya. Yang paling berbahaya adalah ketika kita berhenti berdo’a. Yang berarti kita berhenti bersandar pada-Nya, berhenti percaya bahwa IA adalah Tuhan yang Maha Mendengar, Maha Mengurus hidup kita
Yang terpenting dari do’a adalah tentang bagaimana kita selalu tersambung, terhubung, terikat erat dan bergantung kepada-Nya. Hanya DIA
Ramadhan yang sunyi
Ya, barangkali seharusnya Ramadhan seperti ini, sunyi
.
Agar kita bisa lebih dalam menyelami diri
Menemukan kembali kepingan kepingan diri kita barangkali tangah tenggelam
Tenggelam karena melangitnya obsesi
.
Agar kita bisa mengasingkan diri
Dari bisingnya suara dunia
Yang tak pernah berhenti
Menawarkan kita dengan berupa impian & angan indahnya
.
Agar kita bisa lebih mencermin diri
Adakah bagian diri kita yang memudar & samar
Tergerus oleh nafsu yang selalu menggerogoti
.
Bisa jadi kita merasa sedang terbang,
Padahal kita sedang tenggelam .
Bisa jadi kira merasa sedang di awan,
Padahal jiwa kita sedang menghilang
.
Jangan, jangan sampai..
Pernah kah merasa seperti ini ?
Kadang kala kita mengeluh walau tak terucap, keluhan yang mengendap dalam jiwa, tentang terasa beratnya amanah yang sedang dipikul, hingga terasa sebagai sebuah kewajiban bahkan beban yang berat.
Alih alih mengerjakannya, kita sibuk pada pikiran dan perasaan tentang berapa berat beban tersebut kita tanggung tersebut. Hingga menjadi takut untuk bergerak, cemas dan membayangkan apa yang akan terjadi esok, dsb
Dan kemudian disaat saya sedang bergumul dengan perasaan ini, Allah mengantarkan saya untuk mendengarkan sebuah kajian
Dalam kajian tersebut, Saya mendengar pernyataan seorang pemimpin besar, yang saat ini sedang memegang amanah yang tidak kecil, yang tidak mudah, amanah yang menurut saya sangat besar dengan segala konsekuensinya
.
Saat beliau ditanya tentang bagaimana ia menyikapi amanah yang begitu besar ini…
Beliau menjawab kurang lebih seperti ini : ” Sebenarnya bukan tentang besar kecil kecilnya amanah, yang membuat kita berat menanggungnya. Namun semua terletak pada Ridha Allah “
” Bila Allah Ridha kepada kita, maka yang besar pun akan terasa ringan. Namun bila tidak ada Ridha Allah, maka yang kecil pun akan terasa berat …”
” Maka, bukan tentang besar atau kecil nya amanah, namun tentang Ridha Allah kepada kita, jadi apakah Allah Ridha atau tidak pada kita disitulah kuncinya …” Begitu lanjutnya
Masya Allah, apa yang beliau sampaikan saat itu sungguh menyadarkan Saya, tentang bagaimana kita menghadapi sebuah amanah yang seringkali kita anggap sebagai beban. Beban yang rasanya terlampau besar , sehingga kita nilai berat bagi kita rasanya untuk menanggungnya …
–
Kita menjadi lupa, bahwa kita Punya Allah… Yang akan menolong kita, yang akan menguatkan kita, yang akan menunjukan jalan kepada kita, selama yang kita kerjakan adalah kebenaran & kebaikan
Maka, apabila Kita diberikan amanah, baik besar ataupun kecil. Pertama & utama mintalah Ridhanya, mintalah Ridhanya, mintalah Ridhanya..
Agar ringan terasa
Agar lapang jalan Kita
Agar tentram jiwa Kita menjalaninya
Bismillah …..
Entah kapan Covid-19 ini berlalu dari negri ini, bahkan dari bumi ini. Bercampur rasa ketika wabah ini ternyata “mampir” juga di negara kita tercinta. Ya, wajar saja ketika ada kecemasan dan kekhawatran dalam benak kita. Karena ternyata wabah ini bukan hanya tentang mengancam kesehatan, namun berdampak kepada banyak sisi kehidupan kita, terutama ekonomi.
Mungkin beda beda level kecemasan dan kekhawatiran yang dirasakan setiap orang. Ada yang cemas tentang kesehatan dan keselamatannya saja, namun untuk kebutuhan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan keluarganya tidak terlalu menjadi masalah bagi golongan masyarakat ini, karena mereka mempunyai tabungan yang cukup, masih mendapat kepastian income di kondisi seperti ini.
Lain cerita mereka yang tidak seperti golongan masyarakat di atas. Mereka yang menyambung hidup nya dari hari ke hari, yang mesti berjuang untuk memenuhi pangan nanti malam, yang harus memastikan berapa rupiah yang ia bawa pulang ke rumah, agar anak dan istri bisa sarapan pagi esok pagi.
Wabah Corona ini sangat banyak berpengaruh kepada mereka secara ekonomi. Para pengemudi angkutan umum, ojeg online, pengemudi becak, pedagang di sekolah sekolah, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan, tukang parkir, buruh harian, dll.
Apakah mereka sanggup bertahan dengan kondisii seperti ini ….
Ahh … kita tidak bisa diam saja, ada yang mesti kita lakukan, dengan apa yang kita bisa, dengan apa yang kita mampu
Akhirnya saya dan relawan kawan peduli tergerak untuk ikut serta membuat gerakan kecil dengan niat membantu saudara saudara kita diluar sana yang masih mesti berjuang untuk kehidupannya
Kami pun bersepakat untuk membuat gerakan URUNAN 50 RIBU UNTUK PEJUANG JALANAN. Alhamdulillah dalam berapa hari saja, banyak kawan kawanyang tergerak untuk ikut berpartisipasi dalam gerakan kecil ini.
Bismillah….
Kami langsung bergerak, uang yang terkumpul kami belanjakan kebutuhan kebutuhan pokok yang dibutuhkan. Dalam tiga hari, Alhamdulillah lebih dari 170 paket terkumpul dan akan kami bagikan kepada yang membutuhkan
Gerakan URUNAN 50 RIBU UNTUK PEJUANG JALANAN Kami bagi di beberapa di beberapa titik di Kota Bandung dan sekitarnya, agar pembagian bisa lebih merata.
Relawan kawan peduli pun bergerak, menyusuri jalan dan gang gang, membagikan titipan kawan kawan, untuk mereka para pejuang jalanan para pejuang keluarga.
Masya Allah …
Kami menyaksikan, diluar sana ada banyak saudara saudara, yang tidak mendapatkan “Privilege” seperti kita, yang bisa #DirumahAja tanpa terlalu mengkhawatirkan apakah kita bisa makan atau tidak
Mereka bukan tidak peduli wabah, namun mereka lebih khawatir bagaimana bila anak dan istri mereka tidak bisa tidur malam ini, karena perut meraka yang kosong tak terisi. Mereka lebih khawatir bagaimana bila anak dan istri mereka tidak bisa sarapan pagi.
Ya Allah ….jadikan kami manusia manusia yang peka, peduli, dan mau selalu berbagi
Bagi kami, sebuah kebahagian dan kesyukuran bisa menjadi jalan dan perantara orang orang yang selalu peduli dengan orang lain dengan mereka para pejuang kehidupan.
Yuks kawan kawan yang ingin menyampaikan kepedulian kepada mereka, bisa bergabung dengan gerakan kecil kami :
Kita berdo’a juga sama sama, agar wabah ini segara berlalu, dan agar wabah ini menjadi jalan kita lebih dekat kepada Sang Pencipta. Itu yang paling penting.
Aamiin Yaa Rabball Alamiin …
Salam Sayang Dari Kota Bandung
#KawanPeduli #PejuangJalanan #PejuangKeluarga
Out Break Happend …!
Peritiwa yang barangkali tidak pernah kita sangaja terjad di negara kita tercinta, dan kita tak pernah menyangka pula bahwa peristiwa ini begitu meluluhlantakan berbagai tatanan kehidupan yang sudah ada, padahal belum genap satu bulan lamanya.
Diantara hal yang berpengaruh adalah ritme aktifitas bekerja. Dengan berbagai kebijakan “Belajar Dari Rumah” dan “Bekerja Dari Rumah”, tentunya akan banyak perbedaan yang di rasakan.
Nah, ini berbagi berbagai tips yang saya ingin bagikan agar #DirumahAja nya tetap produktif dan menyenangkan.
Semoga Bermanfaat Ya …. ^^
Hari ke enam peraturan pemerintah karena wabah CORONA (COVID-19) yang juga melanda negara kita. Hari hari awal penetapan Belajar Dari Rumah & Working From Home mungkin ada banyak orang yang merasakan seperti perpanjangan liburan akhir pekan.
Bagi yang punya semboyan “I HATE MONDAY” mungkin ada sedikit kegembiraan yang tersembunyi, karena tidak mesti berangkat pagi pergi ke kantor dan mengerjakan pekerjaan yang terkadang serasa beban kewajiban. Tidak mesti berada di kantor yang rasanya menjemukan, atau bertemu dengan rekan kerja yang menyebalkan, hhe…
Walaupun pada kenyataannya, kewajiban meyelesaikan pekerajaan tetap ada , tapi setidaknya tidak mesti menemui hal hal yang kurang menyenangkan di kantor & bisa merasakan sedikit persaan nyaman, karena kita lakukan semua itu dari rumah. Bukan Begitu ?
Bagi saya sendiri -yang memang bukan orang kantoran-, konsep “Work From Home” bukanah sesuatu yang baru, karena dari dulu sudah saya jalankan. Tempat bekerja bagi saya bisa dimana saja. Tempat kerja saya kadang di kantor, di rumah, di tempat klient, perpustakaan umum atau perpustakaan pemerintah, coffe shop (kalau keuangan sedang aman), masjid, rumah teman, atau terkadang taman kota
Tapi memang suasana “Working From Home” kali ini berbeda. Wabah Corona yang sedang melanda Indonesia ini, sangat banyak mengambil perhatian & pikiran kita. Berita berita yang tidak kita henti pantau perkembangannya, yang tidak hanya mengenai tentang Corona nya itu sendiri, tapi tentang dampak yang menyertainya ; terbatasnya alat alat kesehatan, harga hargabeberapa komoditas yang merangkak naik, makin tingginya harga dolar, prediksi ekonomi yang terus memburuk, panic buying, isu penjrahan, dll
Kita sepertinya tidak henti dihujani berita berita seperti ini -dari beragai macam media- Televisi sudah pasti, belum lagi berita berita dari media elekrtonik yang seperti nya sangat bertubi tubi, twitter, facebook, share dari grup wa yang tidak hanya satu, yang hampir setiap grup memberitakan hal yang sama
Belum lagi berita berita yang belum tentu sesuai fakta, dibumbui hoax, atau berita yang hanya berdasarkan asumsi dan pendapat pribadi atau golongan tertentu saja, atau berita berita yang akhirnya menjadi konflik karena perbedaan pendapat atas penyikapan terhadap Corona ini. Lalu ….
Saya pernah merasa lelah, karena terlalu mengkonsumsi banyak berita, apakah teman teman pernah merasakan hal yang sama …?
Mungkin niat awalnya ingin tahu perkembangan saja, tapi akhirnya kita terlalu berlebihan dalam mengkonsumsi informasi, yang kadang kala juga tidak apa apa kalau kita tidak mengetahui hal tersebut. Namun fokus kita menjadi salah, alih alih melakukan sikap antisipasi untuk menghadapai virus ini, kita malah tenggelam dalam berita berita yang tidak ada hentinya ini.
Tidak salah memang memantau perkembangan berita, tapi ketika kita sudah tahu mengenai esensi beritanya, itu sudah lebih dari cukup. Langkah selanjutnya adalah bagaimana mengantisipasi, dan bagaimana mengantisipasi juga menyikapi apabila hal tersebut terjadi di sekitar kita. Ikuti saja apa yang menjadi arahan pemerintah dan para tenaga medis yang memang pakar dibidangnya. Karena …
Bukan seberapa banyak berita yang kita dapatkan, namun apa yang kita lakukan dengan berita tersebut
Karena sepertinya, bila kita tenggelam pada berita semata, hal ini bisa menjadi kontraproduktif. Diataranya kita menjadi cemas berlebihan, atau berbagai tugas “WORKING FROM HOME” yang semestinya kita kerjakan menjadi terabaikan, dan kewajiban kewajiban lain yang mesti ditunaikan pun menjadi terabaikan.
Pada akhirnya dibutuhkan kebijakan dalam manghadapi wabah ini, pun dalam mengelola berita yang kita konsumsi. Memang ada yang perlu kita ketahui secara mendalam, ada yang perlu kita ketahui pertengahan, ada hal yang perlu kita ketahui cukup permukaannya saja.
Jadikan diri kita tetap produktif berkegiatan dari rumah, dengan apa yang terjadi. Produktif secara fisik, intelektual, emosional dan spritual.
Kita lakukan bagian kita, untuk menghadapi wabah ini. Melakukan apa yang telah disarankan, menbatasi kontak fisik, menjaga daya tahan tubuh, menjaga kebersihan diri, dll.
Yang juga sangat penting adalah menjaga keterhubungan kita dengan Tuhan, Sang Pencipta kita, yang menguasai hidup kita, yang memutuskan hidup dan mati kita, karena Ia lah yang berkuasa atas setiap nafas hidup kita
Kita kuatkan do’a agar wabah ini segera berlalu dari negri ini, dari dunia ini. Kita terus kuatkan do’a agar keluarga kita, orang orang yang kita cinta, dan bahkan siapapun orang yang tidak kita kenal terhindar dari wabah ini.
Ikhiar Maksimal – Berdoa Maksimal
Fn : Sebuah catatan dan nasihat kepada diri sendiri, dalam masa yang tidak biasa ini. Oh ya temen temen, biar #DirumahAja nya tetap berkah, saya ingin infokan program program sosial bisa berpatisipasi.
https://kitabisa.com/campaign/bangunsekolahntt
https://kitabisa.com/campaign/alquranuntukflores