Goes To NTT ( lagi )

Kayanya NTT bakalan jadi kampung kedua saya nih, hhe.. hampir setiap tahun di takdirkan Allah ke pulau yang dulunya saya tidak pernah bayangkan sama sekali akan sering di kunjungi.

Akhir April ini saya kembali ke Pulau nan eksotik ini. Dalam rangka peresmian sekolah yang sedang saya bangun dengan teman teman Kebukit Indonesia dalam program “Bangun Sekolah NTT”

Jadi program “Bangun Sekolah NTT” ini adalah program pendidikan, dimana kami ingin membantu masyarakat NTT untuk mendapatkan kesempatan pendidikan yang lebih baik, lebih layak, lebih berkualitas. Baik dari insfrasuktur maupun dari pengembangan sumber daya manusia nya.

Alhamdulillah, walau dengan perjuangan yang tidak mudah, akhirnya terbangun satu sekolah, di senbuah pulau terpencil bernama Pulau Pangabatang.

Banyak cerita, banyak pelajaran, banyak hikmah yang saya (kami) dapatkan dalam perjalanan kali ini. Bismilllah. Semoga di Ramadhan ini bisa baik terceritakan …

Tunggu ceritanya yaa…

Advertisement

Pertanyaan Seorang Awam : “Benarkah Pertahanan Negara Kita Lemah…?”

19765170_1948393952095716_7524042254525136896_n

Seberapa kuatkah ketahanan dan ketahanan negara kita ?

Well, saya bukan orang yang ada di kapasitas ini untuk menjawabnya. Debat presiden beberapa waktu lalu yang membahas tentang seberapa kuat ketahanan militer negara kita, membawa ingatan saya akan percakapan beberapa tahun lalu dengan seorang komandan kapal TNI AL sewaktu saya dalam program berkeliling Nusantara, menggunakan amada KRI untuk program sosial dan pendidikan.

Dalam perjalanan saya berkesempatan berbincang bincang dengan seorang Komandan  KRI , kami bincang bincang sederhana, tentang lautan Indonesia. Beliau adalah seorang anggota TNI AL, yang sudah belasan tahun bertugas menjaga lautan Indonesia. Ia bercerita tentang betapa luasnya lautan kita, ribuan pulau, dengan jutaan kekayaan dan pesona baik di permukaan, pantai, juga di dalam lautan itu sendiri.

Begitu luasnya perairan  Indonesia,  berbatasan dengan lebih dari satu perairan negara lain, bahkan benua. Beliau bercerita, kondisi seperti ini adalah dua sisi mata uang, bisa jadi sebuah anugrah, bisa juga menjadi ancaman.

Anugrah yang besar ketika kita mampu untuk menjaganya, saat kita mampu memaksimalkan potensi nya untuk kemakmuran dan kesejahtraan masyarakatnya, dan menjadi ancaman ketika kita tidak benar benar menjaga perairan Indonesia, yang nyatanya banyak negra lain  “menginginkan” kekayaan negara kita.

Beliau bercerita lebih dalam, bahwa jumlah angkatan laut saat ini, tidak sebanding dengan  perairan yang mesti di jaga, terutama di daerah perbatasaan. Perairan Indonesia sangat luas, butuh angkatan laut yang kuat baik kualitas dan kuantitas. Masalah kecintaan para TNI, tidak usahlah diceritakan lagi, namun fasilitas yang menjadi “senjata” kita menjaga masihlah sangat kurang

Dengan mata yang menerawang keatas, beliau berujar panjang lebar “Dek Riska, bayangkan luas nya laut kita, barat, timur, utara, selatan, namun pangkalan laut yang besar hanya ada di Jakarta dan Surabaya, segala alat kelengkapan ada disana, padahal perairan mana yang perlu dijaga? ada di Timur Indonesia, Selatan Indonesia, Utara Indonesia, yang jaraknya jauh dari Surabaya, jauh dari Jakarta. Bayangkan ketika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan di wilayah Timur misalnya, kita harus lama menunggu bantuan yang datang dari Jakarta atau Surabaya”

Mendengar penuturan beliau, seakan membukakan mata saya lebar lebar, tentang kenyataan yang ada. Empat tahun terakhir ini saya mengunjungi bebarapa pulau di Indonesia, dari perairan Mentawai, NTT, Papua, hingga ke perbatasaan Indonesia-Filipina, benar adanya, bahwa di pulau pulau tersebut.

Menurut penilaian saya -orang awam- pangkalan angkatan laut nya sangat terbatas, hanya berupa kantor perwakilan saja. Adapun penjagaan dari para TNI AL yang bertugas hanya beberapa kapal saja, tidak bisa “mengcover” wilayah Indonesia yang sangat sangat luas.

Beliau kemudian menceritakan lagi tentang sesuatu yang barangkali menjadi keresahannya ” Banyak negara lain menawarkan untuk melakukan penelitian terhadap kekayaan perairan bawah laut kita, dengan tawaran bahwa apabila penelitian ini berhasil, maka akan membawa kesejahtraan banyak untuk negara kita

Beliau terdiam sejenak, kemudian melanjutkan ” Namun kita tak pernah tau, apakah mereka benar benar ingin memberi bantuan pada negara kita, atau dibalik itu ternyata mereka memang mencari informasi kekayaan kita, atau peta kekuatan bangsa kita” 

“Negara kita negara yang sangat kaya, banyak yang mengingingkannya” kalimat terakhirnya begitu dalam, matanya berkaca kaca, seperti tak sanggup melanjutkan.

Dia menutup percakapn kami dengan curahatan hati nya ” Kalau memikirkan hal ini, saya kadang sangat sedih, sungguh dek riska. Tapi ada daya, saya hanya prajurit, tak bisa berbuat banyak” dan akhirnya pun kami hanya diam seraya mendengarkan ombak malam yang menghempas buritan kapal.

Percakapan malam itu, meninggalkan banyak pertanyaan dalam diri saya. Masih banyak PR untuk menjaga Bangsa kita ini.


 

 

 

Waspada adalah sebuah keharusan, urusan Bangsa rasanya tidak elok bila kita terus berasumsi semuanya akan baik baik saja. Membuka mata akan realita, bersikap waspada, disalahkan artikan sebagai sikap pesimisme. Dimanakah nalar ditempatkan ? Membuka mata akan realita bukan berarti kita pesimis akan cita cita. Justru sebaliknya, realita yang ada, adalah pijakan kita untuk bagaimana meraih cita cita.

Termasuk cita cita berbangsa. Rasanya sangat naif menilai bahwa 20 tahun kedepan tak akan terjadi invasi apa apa, tak akan ada negara lain yang ingin “masuk” ke dalam negara kita. Mengurus negara tidak cukup hanya dengan merasa semua akan baik baik saja, karena itu akan membuat kita terlena.

Mengakui realita bukan sebuah kesalahan, jusrtu tidak mengakui realita yang ada adalah kebodohan, dan kemauan untuk terus dibodohi. Jangan terlena dengan prestasi semu yang justru melemahkan diri kita, membuat kita seolah olah diatas nirwana, padahal ancaman ada di depan mata, kita saja yang pura pura tidak mengetahuinya, atau mungkin memang dibuat tidak mengerti


Update Tulisan 06 Jan 2020 :

Dan sekarang saat mencuat kasus perairan Natuna, hati ini kembali bersedih. Teringat pembicaraan diatas dengan seorang Kapten Kapal NKRI. Ah semoga yang ditakutkan tidak terjadi.

Semoga masih ada pemimpin Bangsa sebenar benarnya, yang melindungi kedaulatan tanah air nya, yang menjaga harga diri bangsanya, yang menjaga kehormatan dan kemerdekaan negaranya

Jayalah Selalu Indonesiaku …..

Semoga pemimpin berikutnya, adalah ia yang benar benar mencintai Nusantara ini …

Story Of Sembalun

Masih di rangakaian cerita perjalanan di Lombok bulan kemarin (Opening cerita ada di postingan sebelumya)

Pertama tahu tentang SEMBALUN itu dari sebuah postingan di Instagram kalau ga salah. Postingan itu memperlihatkan landscaping sawah yang membentang dengan warna warna yang sangat menawan.

Lalu browsing lah, apa itu Sembalun, dan kemudian tahu lah bahwa Sembalun adalah sebuah daerah di Lombok, yang juga merupakan perkampungan yang ada di kaki gunung Rinjani.

Melihat keindahannya, dalam hati berkata : ” some day saya harus kesini ” tanpa menulis deadline target waktu kapan saya harus kesana. Cuma dicatat dalam hati saja. Hhe..

Qadarullah bulan kemarin, saya dapat ajakan untuk mengunjungi Lombok lagi, dan destinasi utama nya adalah Sembalun ! Masya Allah PRAY LIST saya terwujud, mengunjungi SEMBALUN.

Dan yang lebih Spesial nya lagi, Saya ke Sembalun bukan buat jalan jalan, traveling yang bertujuan hanya having fun, tapi ke Sembalun untuk mengasuh anak anak korban gempa, di acara kemah ceria.

Alhamdulillah, saya sebenernya telah lama menanamkan dalam dalam kepada hati dan fikiran. Ingin banyak menjelajah ke banyak tempat di Indonesia bahkan dunia, tapi bukan sekedar tujuan wisata. Saya ingin menjelajah banyak tempat dengan membawa misi, perjalanan yang bertujuan, petualangan yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri, juga bagi orang lain. Bukan perjalanan hampa, yang oleh oleh nya hanya cerita dan foto foto semata.

Ahh… Balik lagi, tentang Sembalun ! Pertama memandang langsung Sembalun, Saya merasa sedang berada di negri dongeng. Beneran … Mungkin ada yang bilang berlebihan. Tapi itu yang saya rasakan … Saya kemudian banyak diam dan terpana saja, menikmati sajian di depan mata, lupa mengabadikan nya dengan kamera. Ahh.. tak apa apa bisik hatiku. Yang penting adalah apa yang kita abadikan di memori ingatan kita, ketimbang apa yang kita simpan di memori kamera kita bukan ?Lagian saya akan ada disini sekitar tiga harian, akan banyak waktu untuk mengabaikan nya lewat kamera. Nanti.

Lalu saya benar benar menikmati alam Sembalun lewat mata saya, dinikmati sungguh sungguh dan dimasukan ke dalam memori kepala saya.

Subhanallah ….

Ini negri dongeng ….

Sawah yang membentang

Perbukitan kecoklatan yang mengelilingi desa, bagaikan benteng2 pertahanan kota bangsa bangsa kuno dulu ..

Udara yang dingin, embun embun yang turun, masyarakat yang riuh rendah bercengkrama, desa yang damai dan mendamaikan …

Rasanya betah berlama lama di desa ini, desa yang tepat ketika kau ingin menyendiri tanpa merasa sepi. Sembalun, negri dongeng bagiku..

Tentram …

Keterangan Foto :

Ini foto diambil oleh kamera dan effot seadanya, di atas atap rumah warga dimana kami tinggal. Beberapa foto masih tersimpan rapih di kamera, belum sempat dipindah. Biar saya nikmati sendiri dulu kenangannya.

Menikmati Pagi Di Kaki Rinjani

Pertengahan bulan lalu saya berkesempatan untuk ke Lombok lagi. Ini kali kedua saya ke Lombok setelah peristiwa bencana gempa beberapa bulan lalu.

Kali pertama, saya menjadi relawan untuk dibagian trauma healing anak anak pengungsi bencana Lombok. Walau akhirnya pada kenyataannya, jadi relawan harus bisa segalanya – diluar dari tugas utama – termasuk skill menyetir saat dibutuhkan .. hha

Nah kali kedua ini saya menjadi relawan untuk jadi tim KEMAH CERIA MANDIRI yang diadakan oleh komunitas GERAK BARENG. Anak anak nya kurang lebih ada sekitar 200 orang, dari wilayah Sembalun dan sekitarnya.

Nah, foto ini diambil saat pagi sekali, saat matahari di kaki gunung Rinjani mulai merekah, menempa rerumputan yang di musim kemarau. Subhanallah warna nya hangat sekali, warna jingga yang kecoklatan.

Rinjani memang masih ditutup saat itu. Katanya menunggu putusan rembuk masyarakat, yang ingin peraturan pendakian di perketat. Bersih dari maksiat, bersih dari perbuatan perbuatan yang melanggar nilai agama dan norma adat setempat.

Jadi Rinjani saat ini hanya bisa dipandang dari kejauhan. Memandang Rinjai dari kakinya, serasa sangat indah, megah. Memandang Rinjani dengan utuh seperti ini tidak bisa lama. Karena siang sedikit saja, biasanya sudah kembali tertutup oleh awan. Rinjani bisa utuh dipandangi saat pagi dan sore hari.

Oh ya, saya bukan seorang wanita pendaki sebenernya, namun menikmati Rinjani dari kakinya saat ini, menggoda saya untuk setidaknya mencoba mendaki keatasnya. Karena, sebelum bertemu Rinjani, saya disuguhi pemandangan “warming up” dulu selama perjalanan, Bukit Pegangsingan dan indahnya bentang alam desa Sembalun. Dan kemudian puncaknya bertemu dengan ia yang cantik menjulang, Rinjani.

Menikmati pagi di Rinjani, dengan segelas kopi, buku, dan mentari pagi, adalah hal mewah yang saya rasakan hari itu.

Subhanallah …

Terimakasih ya Allah, telah kau berikan hamba kesempatan untuk menyaksikan sebagian kecil saja dari Kuasa-Mu. Telah kau berikan kesempatan kepada hamba, untuk menikmati bentuk Kasih Sayang Mu, pada hamba, melalui Indah nya Ciptaan-Mu

Maha Besar Allah dengan Segala Ciptaan-Nya

Habis Pulang Dari NTT

Jadi, beberapa hari yang lalu, saya dan kawan kawan dari Kebukit Indonesia, baru pulang dari NTT, dalam rangka program #BangunSekolahNTT, tepatnya di Pulau Pangabatang, Maumere Kabupaten Sikka, NTT.

Seminggu kemarin jadi hari hari yang padat untuk banyak hal, seperti untuk persiapan, keberangkatan, pelaksanaan kegiatan, pulang, dan istirahat. hhaa.. sok sibuk bangetttt 

Oleh oleh dari sana apa ?

Ah..banyak hal, nanti saya ceritakan satu satu. Yang jelas saya ga bawa oleh oleh kain tenun, karena ga sempet untuk hunting dan semacamnya. Heu..

Oleh oleh nya cerita aja yaa

Tapi besok aja ceritanya yaa…

Sudah larut

Esok sudah kembali beraktifitas

 

Salam, dari anak anak NTT yang super antusias … 🙂

4f60a356-f51c-4059-952c-42c03cb8b0b2

 

 

Tanah Lembata [ Keping 1 ]

Ini adalah perjalanan beberapa tahun lalu sebenarnya, perjalanan yang masih terasa segar di ingatan saya, tentang sebuah pulau yang bernama Lembata. Pulau yang baru pertama kali saya mendengarnya saat itu, pulau yang sama sekali berada di luar dari pengetahuan saya, dan kemudian Allah mentakdirkan saya untuk bisa menjejakan kaki di tanahnya.

Begitu panjang rangkaian cerita di Pulau ini, saking berkesan dan berharga nya saya jadi bingung bagaimana memulainya. Karena kadang apabila sebuah kenangan terlampau indah, kita jadi kehabisan kata untuk melukiskannya, mendeskiripsikannya dalam kata kata.

Ah mari kita coba saja …

 

Tahun 2012 Pertama Kali Ke Tanah Lembata

 

Ya, berati sudah genap lima tahun, semenjak petama kali Allah mengantarkan saya ke tanah Lembata. Dalam sebuah perjalanan BHAKESRA (Bakti Kesra Nusantara), sebuah program yang diselenggarakan oleh kementrian Kesejahtraan Masyarakat pada saat itu.

Pulau Lembata adalah tanah kedua yang kami kunjungi saat itu, diutus sebagai relawan dari sebuah lembaga zakat, untuk menyalurkan bantuan kepada masyarakat disana. Saat itu saya dan patner saya yang diberikan tugas, belum mempunyai kontak siapa siapa agar bantuan bisa langsung diterima oleh masyarakat yang sesuai sasaran.

Singkat cerita Allah mempertemukan kami dengan seorang pasangan suami istri yang bisa membantu kami untuk menyalurkan bantuan. Dan ternyata mereka adalah orang yang tepat dan awal pertemuan itulah dengan suami istri, bernama Ustadz Mahmud inilah yang kemudian menjadi awal perjalanan panjang kami selanjutnya. Bahkan tak hanya kami, pertemuan ini menjadi jalan bagi kawan kawan yang lain untuk memasuki tanah lembata.

Ustadz Mahmud yang kami temui ternyata bukan orang biasa, ia adalah seorang anggota DPR dan juga seorang yang mempunyai pondok pesantren di pedalaman Lembata. Kami sangat bersyukur bertemu dengan beliau, karena kami bisa mendapatkan banyak informasi berharga dan menggali banyak hal. Sungguh Allah tidak begitu saja main main mempertemukan kita dengan seseorang, pasti ada tujuan yang termaksud di dalamnya. Tinggal kita saja yang harus pandai bagaimana menemukannya.

Setelah menunaikan tugas utama kami, kami pun diajak Ustadz untuk berkunjung ke pondok pesantren yang ia pimpin, karena waktu pun masih memungkinkan, kami dengan senang hati menyambutnya. Akhirnya kami pun berangkat ke pondok pesantren yang jarak nya kurang lebih empat jam dari kota Lewoleba.

Empat jam yang bukan hanya tentang waktu, namun empat jam dengan rute perjalan yang menakjubkan. Perjalanan dengan rute yang hampir setengahnya bergaya “off road”, sedikit jalan yang mulus, kemudian seperti menembus semak belukar, mirip jalan setapak yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil saja. Kemudian jalan raya yang tidak begitu panjang, dan masuk lagi kejalan setapak, dan pemukiman penduduk, dengan jalan yang sungguh berbatu.

Tersiksa ? Ah … tidak, karena semua terbayar dengan pemandangan yang indah dan berbeda sepanjang perjalanan. Melihat bentang alam yang sedemikian memanjakan mata, terkadang berkendara di pinggir kami lautan, bukit bukit kecoklatan yang menawan, pohon pohon kayu putih yang kecil dan menjulang, rereumputan khas tanah timur dengan warna kerbakar. Ah perjalan “off road” itu tak ada apa apanya, dengan hadiah pemandangan yang menakjubkan ini.




To Be Continued ….

 

 

MENYEBRANG LAUTAN UNTUK BERTEMU PARA GURU … [ PART 2 ]

Akhirnya setelah melewati kurang lebih 3 jam perjalan memakai perahu, kami tiba juga di sebuah Pulau, namanya Pulau Parumaan. Pulau dimana kami akan bertemu dengan para guru.

Part satu nya bisa dilihat DISINI

IMG_4744

Menjejak tanah berpasir, adalah sebuah kelegaan setelah mengarung lautan yang kadang ombak nya merendah kadang meninggi. Menjejak pulau yang mempunyai landscape yang berbeda dengan apa yang saya lihat keseharian di Bandung adalah suatu kebahagiaan, melihat sisi lain yang berbeda dalam kehidupan adalah sebuah kesyukuran.

Dan kemudian, kami bertemu dengan para pengabdi pendidikan di Pulau ini. Kado lebaran untuk guru adalah sebuah program yang diadakan oleh KEBUKIT, sebuah program tanda terimakasih untuk para guru yang tiada lelah mengabdi untuk pendidikan anak negri.

Alhamdulillah tahun ini saya ditugaskan untuk mengantarkan langsung kado lebaran untuk lebih dari 100 guru ke wilayah NTT. Sedangkan tim yang lain bertugas di wilayah lainnya. Menemui para guru yang masih belum banyak mendapatkan perhatian akan kesejahteraannya, terutama di wilayah wilayah pedalaman ata terpencil di Indonesia.

 

 

Bertemu dan berbincang dengan mereka adalah sebuah kebahagian, belajar tentang bagaimana itu pengabdian dan keikhlasan dalam sebuah bahasa yang sederhana : ingin mejadikan anak anak di Pulau ini lebih pintar dan bisa menggapai masa depan yang lebih baik kelak.

Apa yang kami bawa saat itu, sebenarnya sangat tidak seberapa dibandingkan dengan pengabdian mereka. Bahwa kami lah sebenarnya yang patut berterimakasih, telah dicontohkan bagaimana itu pengabdian sesungguhnya, pengabdian yang jauh dari hingar bingar pemberitaan, pengabdian yang merupakan nafas keseharian.

IMG_4867IMG_4843IMG_4861

Semoga tahun depan dan tahun tahun berikutnya, kami bisa lebih banyak membawa Kado Lebaran Untuk Guru, berbagi kesyukuran dan kebahagian untuk mereka para pengabdi pendidikan negri ini.

Aamiin Yaa Rabbal Alamiin ….

 

 

Menyebrang Lautan Untuk Bertemu Para Guru … [ Part 1]

ini adalah rekaman perjalanan kemarin, sewaktu mendapatkan tugas dari KEBUKIT (Kelola Buku Kita) untuk mengantarkan “Kado Lebaran Untuk Guru”, di Wilayah NTT, tepatnya di Maumere, Nusa Tenggara Barat. (Memang post late sekali nih postingan, tapi ga apa apa ya ..hhe)

Kami memberikan kado kepada para guru pengabdi, yang mendedikasikan waktu, fikiran, tenaga dan tak jarang hartanya juga, untuk mendidik generasi selanjutnya. Guru guru ini tersebar banyak di Indonesia, di pedalaman pedalaman, di wilayah pesisir Indonesia.

Di lebaran kemarin, kami ingin sedikit berbagi kebahagian dengan mereka, para guru pengabdi yang benar benar berdedikasi untuk negri ini.

Ini adalah sepenggal kisah dari guru guru yang ada di Maumere NTT, dan mungkin ini bisa menjadi gambaran kondisi guru guru di banyak wilayah di Indonesia…

 

Alhamdulillah, atas izin Allah, kami bis berangkat membawa lebih dari 100 paket “Kado Lebaran Untuk Guru”, jumlah yang belum banyak memang. Namun ini adalah awal rasa semangat kami untuk lebih dari membagikan kado dan peket lebaran. Lebih jauh dari dari itu, ini adalah wujud awal kepedulian kepada guru guru di luar sana yang masih minim kesejahrtaannya, namun mempunyai dedikasi yang luar biasa, semoga ini akan menjadi pembuka kebaikan kebaikan lainnya.

 

IMG_4650IMG_4662IMG_4664IMG_4691IMG_4703

(Perjalanan Menuju Pulau Parumaan )

Perjalanan yang kami tempuh untuk menuju salah satu Pulau di Parumaan, kurang lebih 3 jam perjalanan menggunakan perahu. Perjalanan yang menakjubkan, melintasi lautan, dengan sesekali melihat hamparan pasir putih di pulau pulau yang dilewati. Bukit bukit coklat kehijauan, awan awan yang putih bersih berjalan jalan di atas lautan.

 

IMG_4905IMG_4917IMG_4918IMG_4921IMG_4923

Pa Ihsan, warga setempat, bertanya pada saya, apakah saya berani? berhubung dengan jarak yang cukup jauh, medan ombak yang berubah rubah, plus tidak ada pelampung. saya bilang, Insya Allah berani pa, bismillah ….

 

Bersambung yaaa…..

 

Selat Sagawin

sagawin

 

 

Sore itu, kapal KRI 592 kami, akan segera memasuki perairan Raja Ampat, Sorong. Tidak seperti biasa, sore itu tidak banyak peserta Ekspedisi yang mengejar matahari tenggelam di anjungan. Karena mungkin faktor kelelahan setelah belasan hari berkeliling pulau pulau sebelumnya.

Speaker di anjungan menginfokan bahwa kapal memasuki wilayah Selat Sagawin,selat kecil yang menjadi salah satu jalan memasuki perairan Sorong. Sore itu saya berinisiatif sendiri menaiki anjungan luar, untuk melihat pemandangan selat. Diatas ternyata hanya ada dua orang teman yang sudah siap dengan kameranya. Suasana pun tidak terlalu riuh.

Kami bertiga bercakap cakap ringan sembari menikmati selat yang sangat senyap, sepi, dan menawan. Terdengar suara kapal membelah selat, laut sangat tenang, samping kiri kanan kami pulau yang hampir tidak berpenghuni terhampar, sesekali hanya ada burung burung laut yang berkicau dari kejauhan. Menikmati selat sempit, menuju lautan lepas di depan, ditemani angin laut yang membelai wajah wajah kami, adalah sebuah kemewahan. Akhirnya kami tak banyak bicara, hanya menikmati saja apa yang di sajikan Tuhan dihadapan.

 

Satu kata saja : Syahdu. Maha Besar Allah dengan segala ciptaan-Nya

[ Keping 3 ] Al-Buruj, Masjid Megah di Pulau Buru

IMG_1557

Al-Buruj, mesjid megah yang ada di tengah tengah pulau Buru ini, adalah kejutan yang lain yang kami dapatkan di pulau ini. Ditengah tengah pulau yang belum banyak di kenal orang, yang namanya terdengar sedikit menyeramkan, pulau yang dulu merupakan tempat pembuangan pemberontak PKI ini, ada sebuah masjid yang luar bisa besar dan megah, bahkan bila masjid ini ada di tengah tengah kota besar, masjid ini masih bisa dikatakan megah.

Mesjid ini menggoda kami untuk singgah, saat itu belum banyak aktifitas yang terlhat, hanya ada beberapa orang saja, sehingga kami leluasa untuk berkeliling dan mengambil foto

 

 

Alhamdulillah di dalam kami bisa bertemu dengan Bapak Amir, salah satu pengurus mesjid di Al-Buruj. Dari cerita beliau kami mendapatan informasi bahwa mesjid ini dibangun atas swadaya masyarakat, urunan. Waww.. kami kembali di buat tercengang, dengan betapa peduli nya masyarakat untuk membangun mesjid yang sekaligus Islamic Center di pulau ini, dan betapa kaya nya masyarakat disini, sehingga mau dan mampu untuk urunan masjid yang megah ini.

IMG_1578

Pembicaraan berlanjut mengenai kegiatan kegiatan di masjid ini.Pa Amir bercerita dana infaq/shadaqah di mesjid ini lumayan besar. Setiap kali jumatan dana kotak infaq yang terkumpul tidak pernah kurang dari 3 juta rupiah setiap minggunya, belum dana zakat/infaq/shadaqah yang lainnya. Kesejahtraan para pengurus masjid disini pun sangat diperhatikan, dan dana tersebut adalah dana yang terkumpul dari  masyarakat.

Pulau Buru, pulau penghasil emas yang masih tersembunyi, di luar dari plus minus akibat dari pertambangan emas yang mulai masiv di pulau ini, ada bagian dari masyarakat yang ingin tetap mengimbanginya dengan nilai nilai agama, salah satunya dengan membangun Al-Buruj ini, mesjid sekaligus Islamic Center masyarakat di pulau ini. Semoga bangunan megah ini bisa memberikan dampak baik bagi para warganya. Aamiin..

Bersambung ……