Menjadi Manusia Yang “Present Moment”

Pernah merasa kondisi seperti ini ; ketika tubuhmu di suatu tempat, namun fikiran mu melayang layang ke ruang lainnya ? Sepertinya setiap kita pernah -atau bahkan sering- mengalaminya, ketik raga, jiwa, dan fikiran tidak bersama.

” Present Moment “ adalah sebuah istilah yang beberapa kali saya dengar akhir akhir ini. lalu saya mencari tentang maksud istilah ini. Kemudian saya tahu, bahwa “Present Moment” adalah sebuah kondisi dimana, raga, jiwa dan hati berada bersama dalam satu waktu, dalam masa sekarang, dalam detik ini dengan sadar. Mungkin mirip mirip dengan fokus, namun menurut saya “Present Moment” jauh dalam dari itu, ia jadi basic nya, sedangkan fokus adalah caranya.

Seperti yang saya bahas diawal, bahwa seringkali kita mengalami ketidaksinkronan, antara raga dan fikiran, entah di sengaja atau tidak, entah disadari atau tidak. Di sadari, maksudnya adalah, kita memang sadar bahwa saat itu jiwa dan raga kita tidak sedang bersama, baik sengaja atau tidak.

Tubuh kita ada di masa kini, tapi fikiran kita terbang melayang mengunjungi dan mengingat masa lalu, atau mencemaskan masa depan, hingga kita tidak menjadi manusia yang utuh. Kondisi ini kadang kita sadari, kemudian kita perbaiki, atau kadang kita biarkan menjadi kebiasaan dan menjadi kan hidup kita tidak mindfullness, utuh, jiwa raga ada bersama, kita tidak menjadi manusia yang benar benar hadir dan hidup di saat sekarang.

Kita tidak benar benar menikmati hidup yang ada di detik ini, sibuk dengan mencemaskan masa depan, atau mengingat ingat peristiwa di masa lalu, entah sekedar mengingatnya atau tengah menyesalinya.

Mungkin dalam keseharian dan fenomena kekinian juga banyak terjadi dalam hal hal yang kelihatannya ringan dan biasa, terjadi seperti ini ; Saat kita sedang bekerja,  namun fikiran kita ada di rumah atau membayangkan liburan ; saat kita sedang liburan,  fikiran kita memikirkan kerjaan ; kita sedang mengerjakan tugas, namun fikiran kita sedang membayangkan bersenang senang. Begitu terus, melingkar lingkar, hidup dalam ketidak utuhan.

Pagi hari kita fikirian kita  melayang jauh ke siang hari, siang hari kita cemas dengan malam hari, malam hari fikiran kita sudah berada di esok hari nya, begitu seterusnya, itu lah yang menyebabkan fikiran mudah lelah.

Apalagi saat ini di dunia yang serba di tekhnologi, kita semakin digiring untuk menjadi manusia yang tidak “utuh” . Raga kita sedang di sebuah ruang bersama manusia manusia di depan mata, namun kita asik tenggelam di layar kotak kaca di genggaman tangan. Niatnya bersama, namun sebenarnya tidak benar bersama. Karena sering kali kita tenggelam di layar itu, untuk hal hal yang tidak begitu penting : scrolling time line, lihat updatean status orang lain, dsb.

Atau misalnya, kita sedang menghadapi sebuah hidangan makanan, kita sibuk ingin mengupdate nya segera ke media sosial, kemudian setelah itu sibuk bulak balik melihat notifikasi berapa orang lain di luar sana, yang me-like, yang berkomentar, sedangkan sebenarnya moment di mana raga ia berada, dia tidak menikmatnya, ia tidak hadir di raga dimana  ia sedang berada saat itu.

Sedang liburan, memikmati  pemandangan alam, alih alih benar benar menikmati pemandangan alam, yang kita lakukan adalah megabadikannya, dan kemudian sesegera mungkin mengunduh nya ke media sosial. Lalu setelah itu mata kita sibuk mengecek lagi lagi berapa yang like, siapa yang komentar… are we really enjoy our beautifullness and joy of moment infront of our eyes ??

Ahhh…. sulit memang menjadi manusia yang “Present Moment” manusia yang sadar, yang hadir secara utuh, karena kadang kita memang sengaja menjadikan kita sendiri manusia yang tidak utuh.

Lalu apa ruginya menjadi manusia yang “tidak utuh” …. ?

Bersambung yaa… hhee

Karena saya juga sedang mencari tahu lebih dalam, dan sedang belajar menjadi manusia yang “Present Moment” , biar hidup dengan lebih sadar,  lebih utuh, lebih mindfullness. Ini tulisan refleksi diri …

Ada yang bisa kasih masukan atau tambahan …. ?

 

 

 

 

2 thoughts on “Menjadi Manusia Yang “Present Moment”

  1. Sampurna Jeni says:

    Present moment, adalah saat kesadaran hilang. Ada apa saat kesadaran hilang? Ya tidak ada apa-apa. Kesadaran yang hilang ini adalah kesadaran hidup dan realita.

    Adapun kesadaran present moment adalah kesadaran spiritual/tuhan, atau kesadaran jiwa kita sendiri, bukan kesadaran bersama raga. Sebenarnya jiwa tidak mengenal waktu. Ibaratkan cahaya atau sesuatu yang tidak bermassa (energi), dimana kecepatan cahaya adalah waktu berhenti baginya. Dengan instan, andai cahaya atau energi punya kesadaran, ia tidak akan menyadari perjalanannya dari titik satu ke titik lainnya.

    Di dalam present moment tidak ada waktu. Mengapa? Karena kita mengalami (berada) di ujung waktu yaitu bersamaan dengan ‘waktu’ itu berjalan, tidak ada jarak waktu sedikitpun ke masa lampau dan juga tidak mungkin sedikitpun maju ke masa depan karena memang belum ditempati waktu. Karena ‘waktu’ itu sendiri tidak merasakan waktu (menyadari dirinya), dialah waktu itu.

    Di dalam present moment tidak ada waktu, karena waktu menjadi kekal/abadi. Kekal atau abadi tidak sama dengan makna ‘selamanya’. Kekal adalah kita tidak merasakan masa lagi, dimana tidak ada yang namanya sebentar ataupun lama. Itulah mengapa keyakinan spiritual mengatakan jiwa dan tuhan hidup dalam keabadian.

    Jadi makna present moment adalah keberadaan yang sangat present, tidak di masa lalu (memori) dan tidak di masa depan (pikiran). Present moment adalah seperti kita berada di celah waktu yang membatasi masa lalu dan masa depan. Ketika masuk ke dalam celahnya, berarti seperti kita lolos dari “course of time” (perjalanan waktu).

    Like

  2. Suci says:

    “Apalagi saat ini di dunia yang serba di tekhnologi, kita semakin digiring untuk menjadi manusia yang tidak “utuh” . Raga kita sedang di sebuah ruang bersama manusia manusia di depan mata, namun kita asik tenggelam di layar kotak kaca di genggaman tangan. Niatnya bersama, namun sebenarnya tidak benar bersama. Karena sering kali kita tenggelam di layar itu, untuk hal hal yang tidak begitu penting : scrolling time line, lihat updatean status orang lain, dsb.”

    Saya kurang setuju jika kita melihat layar, maka itu bukan “present moment” yang kita inginkan. Semua aksi terjadi di “masa sekarang”. Jadi inti present moment adalah menyadari bahwa semuanya terjadi di masa sekarang, termasuk memori kita di masa lalu dan prediksi kita di masa mendatang, juga termasuk judgement kita terhadap sesuatu dalam bentuk apapun itu. Sadari bahwa semua hanya dan benar-benar hanya terjadi di masa sekarang.

    Like

Leave a comment